Oleh : DR. H. Muhammad Hasan Syafi'i, M.Ag
Nadlatul Ulama atau yang disingkat dengan NU adalah Organisasi terbesar di dunia yang didirikan oleh para Wali Allah sudah Berusia hampir satu abad. Di usia tersebut NU sungguh cukup memberikan pengalaman berharga untuk terus mengibarkan semangat kebaikan dan perbaikan bagi bangsa dan negara.
Setidaknya, ada dua aspek yang menjadi garapan utama NU ; 1. Menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) dan 2. Meneguhkan komitmen kebangsaan merupakan tugas berat tapi mulia.
Dalam hal penyebaran faham aswaja, NU dihadapkan pada dua faktor internal dan internal. Secara internal perlunya terus memacu diri meningkatkan kualitas SDM dan secara eksternal berhadapan dengan liberalisme, kapitalisme, ekstrimisme, radikalisme, dan zionisme.
Sisi lain dalam hal menjaga komitmen kebangsaan berhadapam dengan kelompok yang ingin memaksakan kehendak tegaknya khilafah, gerakan separatis OPM, dan menurunnya keteladanan dalam mengamalkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 baik penyebaran aswaja maupun menjaga komitmen kebangsaan sebagaimana amanat sumpah pemuda dan 4 pilar kebangsaan.
Tantangan pandemi Covid-19 serta bencana alam dan beban piutang negara serta menurunnya tingkat kesejahteraan berbaur dengan berita hoax merupakan sederetan pekerjaan rumah lainnya bagi NU menjelang satu abad ini.
Wafatnya tokoh ulama NU (belakangan ini) juga tantangan tersendiri sebagai publik figur simbol aktor aswaja.
Tawaran solutifnya sedikitnya ada dua aspek ; pertama , pembenahan terus menerus manajemen organisasi, penguatan lembaga pondok pesantren , ekonomi dan lembaga pendidikan Ma’arif .
Kedua, penguatan idiologi dan pemahaman islam wasatiyah sebab pemahaman yang keliru tentang islam seperti faham radical , liberal , ifrod dan tafrid hanya akan mengantarkan kehacuran berbangsa dan bernegara. Wallahu A’lam bishshowab . Kemayoran bangkalan.
Penulis adalah Ketua MWC NU Kota Bangkalan, Madura, Jawa Timur
Komentar