|
Menu Close Menu

Dukung Upaya Optimalisasi Fungsi Resi Gudang Untuk Pertanian, Ini Penjelasan Perempuan Tani HKTI

Jumat, 09 April 2021 | 09.46 WIB

Bappebti Kemendag RI saat berkunjung di Kantor  Perempuan Tani HKTI Situbondo (Dok/Istimewa)


lensajatim.id Surabaya-
 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI) Yuli Edi Subagio, S.E, MM, telah meninjau Sistem Resi Gudang (SRG) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kamis (25/03/2021) beberapa waktu lalu.


“Tujuan kedatangan kami untuk memastikan keberadaan SRG di Kabupaten Situbondo berjalan serta berfungsi dengan baik. Dan Alhamdulillah, kondisi gudangnya masuk dalam standarisasi gudang, dan masih bagus maka sayang jika tidak dikelola atau difungsikan sebagaimana fungsinya," kata Yuli Edi Subagio. 


SRG Situbondo di Situbondo saat ini memang dijalankan oleh PT Pasti Jaya Sakti. Ketua Perempuan Tani HKTI Situbondo yang juga Direktur Utama rekanan Bappebti Kemendag RI, Esyi Lussanti, menyampaikan harapannya agar SRG Situbondo semakin berfungsi optimal bagi pertanian. Dihubungi via selluler pada (9/4), Essy menjelaskan bahwa SRG sangat penting bagi hasil pertanian.


“Di Situbondo Alhamdulillah sistem resi gudang (SRG) berjalan efektif," tukas Essy.


Bahkan, pihaknya telah mengajak para petani pertanian maupun perkebunan untuk bersinergi mengelola gudang secara SRG yang ada di Kabupaten Situbondo. "Semoga pencapaian ini bisa menjadi stimulus bagi wilayah lainnya,” ujar aktivis yang secara rutin membagikan nasi bungkus pada jama’ah sholat Jumat sebagai bagian dari giat sosial Perempuan Tani HKTI Situbondo.


Perempuan Tani HKTI sendiri, secara nasional Ketua Umum adalah Dian Novita Susanto dan secara regional Jawa Timur adalah Lia Istifhama. Menanggapi harapan dari Essy tentang potensi SRG bagi pertanian, perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini menyampaikan apresiasinya.


“Sangat tepat yang disampaikan Ibu Ketua Situbondo karena SRG ini merupakan salah satu ikhtiar penyeimbangan supply hasil panen. Sebagai contoh saat over supply, hasil panen bisa dialokasikan melalui SRG. Sebaliknya, saat defisit atau kekurangan supply, maka yang sebelumnya ditampung melalui SRG, dapat didistribusikan sehingga mencukupi kebutuhan pertanian pada saat yang tepat,” ujar Ning Lia yang juga Doktoral Ekonomi Syariah UINSA Surabaya tersebut. (Had)

Bagikan:

Komentar