|
Menu Close Menu

Yenny Wahid Ungkap Tiga Karakter Pelaku Teror Bom Dianalisa Dari Tulisan Tangannya

Minggu, 04 April 2021 | 08.04 WIB

  

Yenny Wahid saat menjadi Keynote Speaker dalam acara Dialog Kebangsaan Lintas Agama yang digelar DPC Barikade Gus Dur Jember, Jawa Timur (Dok/Istimewa)

lensajatim.id Jember- Kejadian teror bom bunuh diri yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi perhatian Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid. Menurut Puteri Gus Dur ini, surat yang ditulis tangan pelaku teror bom untuk keluarganya bisa menunjukkan karakter penulisanya.


Sebelum melakukan aksinya, dua teroris yang melakukan pengeboman di Makassar dan pelaku penembakan di Mabes Polri, membuat surat untuk keluarganya dengan tulisan tangan. Selain berisi permintaan maaf kepada keluarganya, surat tersebut juga berisi wasiat dan ajakan kepada seluruh keluarganya untuk menjauhi pemerintah serta berbagai ajakan lainnya.


" Tulisan tangan, katanya, bisa dianalisa untuk mengidentifikasi kondisi psikologis maupun karakter yang bersangkutan," terang Yenny saat menjadi Keynote Speaker dalam Diskusi Kebangsaan Lintas Agama secara virtual di Pendopo Wahyawibawagraha, Jember, Jawa Timur, Sabtu (3/3/2021).


Misalnya, kata Yenny, ada yang (jiwanya) ceria, tenang-tenang tapi menghanyutkan, ada yang punya kharisma seperti bupati, dan sebagainya, hal tersebut bisa diketahui dari tulisan tangan, bisa dianalisa.  Dirinya kata Yenny telah berkomunikasi dengan seorang ahli grafologi (ahli tulisan tanan), Deborah Dewi, terkait tulisan dua teroris tersebut. Ternyata hasil analisa Deborah menunjukan 3 karakter yang dimiliki oleh dua teroris itu.


Pertama, keduanya adalah sosok yang egois, tidak terbuka dengan pola pikir yang berbeda dengan dirinya. Keduanya tidak mau berpikir dengan perspektif lain, kecuali pikirannya sendiri.


Kedua, rasa percaya dirinya sangat rendah.



Dan ketiga, punya kegelisahan yang berlebihan. Katanya, kegelisahan yang berlebihan itu kemudian direspons oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka berdalih menolong dengan doktrin agama yang sudah diselewengkan dari maksud yang sesungguhnya, sehingga dia mendapatkan rasa aman dan percaya diri tapi semu. 



“Jadi kegelisahan tersebut akhirnya dieksploitasi, dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga dia merasa aman, yang kemudian membuat mereka melakukan penyerangan (teror),” tandasnya.


Yenny menuturkan, radikalisme bukan dari agama tetapi ajaran agama diselewengkan untuk mengindoktrinasi seseorang yang sedang mengalami rasa cemas, putus asa sehingga mau melakukan penyerangan agar dia bisa eksis. Dalam konteks Indonesia, jelasnya, dalil agama sangat mampu dipakai untuk mengindoktrinasi orang, terutama anak-anak muda yang sangat rentan dan masih mencari jati diri, termasuk generasi milenial.


“Itu PR (pekerjaan rumah) bagi kita semua, terutama keluarga. Karena keluarga adalah tempat pembinaan yang utama, membangun fondasi yang kuat, memberikan rasa aman dan nyaman sehingga anak tidak stres. Kemudian tokoh agama perlu menyediakan diri untuk mendengarkan keluh kesah orang yang putus asa, rentan, dan sebagainya,”  pungkasnya.


Acara tersebut digelar oleh DPC Barikade Gus Dur Kabupaten Jember dan dibuka oleh Wakil Bupati Jember, KH Firjaun Barlaman, serta dihadiri oleh tokoh-tokoh perwakilan lintas agama dan  dihadiri Wakil Ketua Umum DPP Barikade Gus Dur (Sudarsono Rahman),  dan Ketua DPW Barikade Gus Dur Jawa Timur (Ahmad Arizal)


Kegiatan tersebut selain Dialog Kebangsaan lintas Agama dengan tema "Menjaga Toleransi dan  Menolak Radikalisme menuju Indonesia Maju" juga Pelantikan dan Peresmian Kantor DPC Barikade Gus Dur Kabupaten Jember di Jl. Manggar IX/85 Jember. (Red)

Bagikan:

Komentar