|
Menu Close Menu

Sanah Helwah H Nur Yasin, Kilas Balik Perjalanan dari Bilik Senayan

Sabtu, 07 Agustus 2021 | 15.26 WIB



Oleh: Moch Eksan


Opini-Tanggal 7 Agustus 2021, merupakan hari istimewa bagi salah seorang petinggi negara di Kompleks Senayan Jakarta. Hari ulang tahun ke-67 Ir H Nur Yasin, MBA, MT, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB).


Di Gedung Senayan, Pak Yasin bukanlah penghuni baru. Ia sudah berkantor disana sejak Pemilu 2009, 2014 dan 2019. Sempat jeda sejenak, pada masa awal keanggotaan DPR RI Periode 2014-2019. Sebab, perolehan suaranya di bawah Drs HM Syaiful Bahri Anshori, MP (47.918 suara) dan Hadi Zainal Abidin, SPd, MM (46.685 suara). Sementara PKB pada Pemilu 2014 memperoleh suara 338.521 suara dengan mendapatkan 2 kursi dari 8 kursi yang diperebutkan di Dapil Jatim IV (Jember-Lumajang).


Pada saat itu, suara Pak Yasin berada di peringkat ketiga dengan 35.118 suara. Sehubungan dengan Habib Hadi mencalonkan diri menjadi walikota Probolinggo pada Pilkada Serentak 2018, otomatis ia harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR RI. Ssehingga, sisa masa jabatan dilanjutkan oleh calon yang memperoleh suara terbanyak berikutnya. Akhirnya, Pak Yasin berkesempatan untuk mengisi pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR RI tersebut.


Saat itu, Pak Yasin diambil sumpah bersamaan dengan 10 anggota baru dari hasil PAW. Prosesi sumpah jabatan dilakukan oleh Ketua MPR, Zulkifli Hasan pada Selasa, 10 April 2018 di Ruang Delegasi Kompleks Parlemen. Praktis, ia menjalani sisa masa jabatannya 1 tahun 5 bulan. 


Sementara, pada periode pertama dan ketiga, Pak Yasin menduduki peringkat kedua suara terbanyak dari calon DPR RI PKB. Ia memperoleh 53.073 suara pada Pemilu 2009 dan 51.064 suara pada Pemilu 2019. Ia diambil sumpah jabatan sedari 1 Oktober 2009 dan 1 Oktober 2019. Pelantikan dilakukan guna mengawali masa jabatan 5 tahun penuh.


Selama 3 kali periode, Pak Yasin ditugaskan sebagai anggota di Komisi VII (bidang energi, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup), Komisi V (bidang infrastruktur dan perhubungan), dan Komisi IX (bidang kesehatan dan ketenagakerjaan). Tiga komisi tersebut sesuai dengan latar belakang pendidikan di bidang teknik sipil, teknologi, administrasi bisnis dan manajemen serta pengalaman sebagai CEO Kogas Group.


Tak banyak kesulitan yang dialami Pak Yasin menguak landscape masalah di berbagai komisi di atas. Ia punya jam terbang yang tinggi. Ia seorang profesional tulen, selalu ingin memberikan sesuatu yang terbaik dalam menjalankan fungsi regulasi, budgeting, dan controlling. Nampak, tingkat kehadiran dan keaktifannya dalam berbagai perdebatan penting dan strategis dari bilik Senayan.


Sebagai mitra strategis pemerintah, DPR RI sendiri merupakan lembaga negara yang paling empuk dikritik. Sebab, konsolidasi kelembagaan DPR tak pernah tuntas. Hak imunitas dalam berpendapat menyuburkan perdebatan sengit di dalam maupun di luar parlemen. Ini konsekuensi DPR dalam menjalankan fungsi check and balance terhadap pemerintah. Dengan demikian, sulit suara DPR bulat. Kecuali terjadi perselingkuhan kekuasaan antara legislatif dan eksekutif.


Pak Yasin jauh dari citra anggota DPR RI seperti lirik lagu Iwan Fals yang berjudul "Surat Buat Wakil Rakyat" berikut ini;

"Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana, di gedung DPR


Wakil rakyat kumpulan orang hebat

Bukan kumpulan teman teman dekat

Apalagi sanak famili


Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Jangan ragu jangan takut karang menghadang

Bicaralah yang lantang jangan hanya diam


Di kantong safarimu kami titipkan

Masa depan kami dan negeri ini

Dari Sabang sampai Merauke


Saudara dipilih bukan dilotre

Meski kami tak kenal siapa saudara

Kami tak sudi memilih para juara

Juara diam, juara he'eh, juara hahaha.


Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana, di gedung DPR


Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Jangan ragu jangan takut karang menghadang

Bicaralah yang lantang jangan hanya diam


Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat


Wakil rakyat bukan paduan suara

Hanya tahu nyanyian lagu "setuju..."


Sebuah lagu yang dirilis pada 1987. Adalah lagu yang berisi kritik sosial terhadap pola tingkah jamak D3 (duduk, diam dan duit) dari anggota DPR. Rekam jejak Pak Yasin tak sulit untuk dicari. Rekam jejak digital lebih mudah melacak suara kritisnya di rapat dengar pendapat (RDP) maupun di ruang publik.


Sudah menjadi tabiat parlemen di seluruh dunia menjalankan fungsi pengawasan. Dalam struktur pemerintahan demokratis, lembaga perwakilan rakyat menjalankan inner critic atau penilaian dari dalam diri sendiri. Sebab itu, Ketua MPR, Bambang Soesatyo berpandangan, bahwa kritik publik merupakan vitamin dalam mendinamisasi wacana publik.


Publik berharap DPR tak mengekor pada kebijakan pemerintah yang berkuasa. Rakyat selalu menunggu suara kritis untuk memberikan wacana banding, solusi alternatif atas problem kebangsaan dan kenegaraan, serta arah baru dalam mengisi cita-cita kemerdekaan.


Di tengah-tengah bangsa ini menyambut hari Kemerdekaan Indonesia, sang Leo juga terlebih dulu memperingati ulang tahunnya. Sanah Helwah H Nur Yasin, semoga panjang umur, sehat dan sukses selalu. Barakallah fi umrik. Amien. 


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar