|
Menu Close Menu

Sempat Alot, Penetapan Ahwa dan Pemilihan Ketum PBNU Tak Jadi Di Ponpes Darussa'adah

Kamis, 23 Desember 2021 | 05.59 WIB

Suasana Rapat Pleno Muktamar ke-34 NU. (Dok/Istimewa).


Lensajatim.id, Lampung - Pembahasan tata tertib Muktamar ke 34 NU berjalan alot, bahkan cenderung keras. Sebab rapat pleno yang dipimpin oleh Prof Dr Moh Nuh itu baru membahas Pasal 1 sudah terjadi pro dan kontra antar muktamirin.



Tak ayal, situasi rapat pleno yang membahas tata tertib itu menjadi gaduh karena antar muktamirin berusaha mempertahankan pendapat masing-masing supaya bisa diakomodir menjadi peserta. 



Untuk meredam situasi yang panas, pimpinan rapat pleno sempat menghentikan jalannya sidang beberapa menit sekaligus istirahat untuk menunaikan sholat isya. 



Usai istirahat dan makan malam, pleno tatib dilanjutkan dengan suasana lebih dingin. Pasal demi Pasal dibahas dengan santai, baru memasuki Pasal 13 A (1) tentang lokasi sidang pleno muncul  dinamika kembali.   



PCNU Brebes misalnya mengusulkan tempat pleno pemilihan Ahwa dan ketum PBNU di Ponpes Darussa'adah. Sebab ini Muktamar NU sehingga perlu menonjolkan pesantren yang menjadi basic NU.



Senada, PCNU Bandar Lampung selaku tuan rumah mengusulkan lokasi pleno sesuai dengan keputusan panitia. 


Pertimbangan di pesantren adalah bagian penting. "3 venue sudah ditetapkan SK PBNU. Mari ikuti apa yang sudah ditetapkan PBNU," pinta jubir tuan rumah.



Sementara itu perwakilan dari NTT mengatakan untuk menjaga marwah pesantren, pembukaan dilakukan di Ponpes Darussa'adah tapi peserta terutama para rois syuriah harus jalan kaki 3 jam sehingga merrka tak bisa hadir dipembukaan karena terlambat. "Makanya  kami usulkan adanya pergeseran sehingga panitia perlu lebih jeli," kata jubir PCNU NTT



Senada, PCNU Banyuwangi menyatakan bahwa perubahan lokasi pleno itu sama sekali tak ada kaitan dengan klenik, jadi jangan takut calonnya kalah. "Fisik terbatas, UNILA ke Darussa'adah jauh jadi  ijinkan ber-pleno disini saja," kata jubir PCNU Banyuwangi.



Menanggapi aspirasi yang berkembang, ketua pleno Prof Nuh didampingi tiga pimpinan lainnya setelah berunding, sepakat lokasi pleno diubah di Bandar Lampung. "Namun mohon diberi kesempatan OC atau SC apakah di UNILA, UIN atau Malahayati," pungkasnya sambil mengetok palu pengesahan. (ud/Red).

Bagikan:

Komentar