|
Menu Close Menu

Membangun Sumenep Tidak Cukup dengan Kata-Kata

Kamis, 23 Mei 2024 | 14.38 WIB



Oleh : Adi Purnomo*) 


Lensajatim.id, Opini- Berdasarkan berita yang saya baca pada salah satu media bahwa peningkatan ekonomi Sumenep meningkat secara drastis. hal itu ditegaskan oleh pemimpin Sumenep bahwa dari tahun ke tahun ekonomi sumenep terus mengalami peningkatan. Menurut penulis, tentunya hal ini juga harus di barengi dengan peningkatan ekonomi warganya bukan hanya pendapatan daerah atau APBDnya yang kadang tak berefek besar dan berdampak besar terhadap pemberdayaan ekonomi warga dan para pemudanya. Dari media itu pula Bahkan dari tahun ke tahun ekonomi Sumenep terus mengalami peningkatan yang luar biasa. Peningkatan itu salah satunya dilihat dan didasarkan pada peningkatan kunjungan wisatawan dan yang lainnya. 


Pernyataan itu sah-sah saja saya rasa, namun diluar itu ada hal yang menggelitik penulis untuk membuat satu narasi berdasarkan obrolan-obrolan ringan dengan warga desa, keluhan-keluhan yang disampaikan oleh warga dan Anak-anak muda khususnya. Meskipun toh dalam hal ini, data yang akan disampaikan oleh penulis tidaklah berdasarkan penelitian seperti yang dilakukan badan-badan resmi atau lembaga-lembaga resmi karena penulis adalah warga desa biasa, penulis adalah petani, peternak yang sangat awam dari apa yang namanya penelitian. Meskipun begitu, namun hal ini tentunya lumayan untuk membuka ruang berfikir dan kran baru dalam pandangan yang berbeda dari pandangan pemimpin sumenep atau orang-orang yang berpandangan sama dengan pemimpin Sumenep hari ini.


Seperti yang disampaikan penulis pada narasi di awal dasar penulisan obrolan dan narasi ini berdasarkan pada obrolan-obrolan ringan dengan warga desa dan anak-anak muda yang tinggal di desa ataupun anak-anak muda yang merantau ke kota sesekali pulang ke desa. Dan penulis sebagai warga desa yang banyak bersinggungan dengan orang-orang desa, tiap hari bersinggungan dengan petani, peternak, pekebun, kuli bangunan, anak-anak muda yang bingung cari kerja, para sarjana yang tak kunjung dapat kerja dan yang lainnya. obrolan, curhatan, diskusi ringan hampir tiap malam, tiap hari dan tiap waktu penulis lakukan dengan warga desa dan anak-anak muda di desa. Tidaklah berhenti di situ saja untuk menguatkan hasil obrolan dan diskusi ringan bersama mereka, dari obrolan itu penulis tertantang untuk melakukan pengamatan realitas  di tengah-tengah masyarakat desa. Hasilnya banyak kita temukan sebuah kebenaran yang memang menegaskan bukti-bukti dari pernyataan-pernyataan yang ditegaskan oleh warga. Pertama, bahwa warga desa hari ini sejahtera bukanlah karena faktor terobosan-terobosan keren inovatif yang dilakukan oleh pemimpinnya, bukan pula karena pemimpinnya yang visioner tapi hal itu karena warga desa, anak-anak muda yang banting tulang, peras keringat merantau ke Jakarta. Meraka merantau ke Jakarta bukan karena lowongan yang disediakan oleh pemimpin Sumenep, bukan pula pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin sumenep yang katanya sebagian orang adalah pemimpin yang visioner. Namun Inisiatif itu muncul dari warga desa, anak-anak muda yang kadang jauh dari kata (mohon maaf) pinter secara pendidikan. Yang ada dalam benak warga desa dan anak-anak muda, mereka merantau ke negeri nan jauh disana karena faktor keterpaksaan. Dimana di Sumenep sendiri iklim ekonominya kurang bersahabat, sehingga pilihannya mereka harus membuat terobosan sendiri. 


Sedangkan Terobosan-terobosan yang kadang dilakukannya oleh para pemimpin Sumenep adalah terobosan lipstik yang jauh dari substantif sehingga tidak mempu menjawab beberapa problem mendasar warga dan anak-anak mudanya. Sebutlah dinas tertentu misalnya yang harusnya melakukan terobosan-terobosan cemerlang brilian, kadang hanya berhenti di event-event seremonial yang tak berdampak nyata bagi pemberdayaan anak-anak muda. Kegiatan yang idealnya memberikan edukasi produktif dan gerakan-gerakan pemberdayaan subtantif namun bisa jadi hanya itu-itu saja kegiatan-kegiatannya. Sehingga tidaklah salah jika ada banyak anak-anak muda yang sering berkeluh kesah, bahwa saya beli mobil, bisa bangun rumah mewah bukanlah karena terobosan-terobosan Pemimpin yang ada tapi karena hasil peras keringat, banting tulang merantau ke Jakarta membangun usaha-usaha sendiri dengan toko kelontong di negri jauh disana, saya rela merantau meninggalkan anak-istri bertahun-tahun bisa beli ini, beli itu, buat ini, buat itu bukan karena terobosan pemimpin sumenep. Begitu kira-kira beberapa curhatan-curhatan yang terbiasa saya dengar dari anak-anak muda hari ini. Pertanyaannya apakah kesuksesan banyak warga desa dan anak-anak muda kita hari di Sumenep bisa di klaim misalnya oleh pemimpin-pemimpin yang ada...!


Kedua, harusnya pemimpin Sumenep banyak belajar dari warga desa, anak-anak muda di desa yang mempunyai semangat juang 45 membangun ekonominya sendiri dengan bisnis toko kelontong di negri rantau. Mereka membangun usahanya sendiri, mengatur sendiri, beradaptasi dengan cepat baik dalam hal manejemen, pengelolaan, bahkan dengan modal sendiri. Hebatnya lagi, baru-baru ini warga desa-madura sukses menggemparkan Indonesia. Lalu bagaimanakah BUMD-BUMD sumenep apakah juga sudah banyak dan sukses berkontribusi bagi pembangunan Sumenep. Semoga kedepannya sumenep dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar mempunyai visi kerakyatan, kepemudaan dan mampu menciptakan iklim ekonomi yang baik dan mempunyai visi pemberdayaan bagi anak-anak muda sehingga tiap kali ada momentum-momentum lowongan jabatan publik tak lagi membludak pendaftarnya karena anak-anak mudanya sudah pada punya aktifitas ekonomi. Sebut saja misalnya tempo dulu dan baru-baru ini, seperti halnya pendaftaran PPS, PPK dan yang lainnya. dari ribuan yang mendaftar ratusan yang akan diambil, sedangkan pendaftarannya begitu berjubel. Ini menegaskan bahwa angka pengangguran anak-anak muda, para sarjana dan para pencari kerja amatlah banyak. 


Nah dari hal itu, Kita butuh pemimpin yang bukan hanya cerdas (apalagi tidak cerdas misalnya) tapi kita butuh pemimpin yang benar-benar mempunyai visi kerakyatan, visi pemberdayaan yang benar-benar pemberdayaan, visi yang benar-benar visioner, pemimpin yang mempunyai visi keummatan yang memikirkan tatanan jauh di masa-masa yang akan datang, pemimpin yang mempunyai visi ke-agamaan serta pemimpin yang mempunyai visi ke-akhirat-an.



Penulis adalah Petani, Peternak, Pelaku Gerakan Pemberdayaan & Pegiat Sosial-budaya *) 

NB : Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Bagikan:

Komentar