|
Menu Close Menu

Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi

Minggu, 02 Juni 2024 | 10.31 WIB

Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP Muslimat NU saat ziarah ke Makam Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi. (Dok/Istimewa). 

Lensajatim.id, Surabaya- Muhibah Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa di Baghdad Iraq sarat membawa ‘oleh-oleh’ nilai spiritual, sosial sekaligus intelektual. 


Salah satu oleh-oleh yang ia bagi adalah ketika Khofifah bersama rombongan berziarah di makam seorang sufi, penyair, pendongeng yang sangat zuhud dari tanah Baghdad yaitu Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi atau yang akrab dikenal dengan sebutan Bahlul al-Majnun. 


“Kami tiba di makam Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi Minggu (26/5/2024). Bersama rombongan kami menyempatkan ziarah ke makam tokoh sufi nyentrik yang semasa hidupnya sangat sarat keteladanan dari zifat zuhud (menjauhi keburukan),” kata Khofifah.


Saat ziarah, Khofifah disambut oleh sang pemangku makam dan dipandu untuk melakukan doa dan tawasul di makam Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi. Tidak hanya itu, Khofidah bahkan diberikan selendang kiswah oleh pemangku petilasan. 


“Kiswah yang indah yang tentunya kita harapkan menjadi semangat untuk meneladani sifat zuhud seorang Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi,” katanya tersenyum. 


Lebih lanjut Khofifah pun menceritakan bentuk keteladanan dari seorang Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi yang berasal dari Kufah, Irak tersebut. 


Pasalnya, dikatakan Khofifah, semasa hidup, Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi dikenal sebagai sufi eksentrik sehingga digelari ‘bahlul’ atau si gila. 


Salah satu riwayat menceritakan sebuah kisah Bahlul dengan Khalifah Harun al-Rasyid (W 197 H / 810 M), Saat itu sang khalifah menanyai Abu Wahb. ‘Wahai Bahlul, kapan kau sembuh dari gilamu?’ Ditanya begitu, pria ini jutru balik bertanya ‘Aku atau engkau yang gila, wahai Khalifah?’ 


Dengan nada cukup tegas Khalifah Harun al-Rasyid menjawab tentu yang setiap hari duduk di atas kuburan yaitu Abu Wahb lah yang gila. Namun si Bahlul menjawab dengan tegas bahwa ialah yang waras.


“Sang khalifah pun bertanya balik, mengapa yang sehat dan normal seperti dirinya yang dikatakan tidak waras. Di luar perkiraan, si Bahlul ini menjawab dengan panjang lebar yang akhirnya membuat sang khalifah tertegun,” urai Khofifah.


“Bahlul menjawab ‘justru karena aku tahu bahwa istana dan kekuasaanmu -sembari menunjuk istana Harun- akan musnah. Dan di situ (menunjuk kuburan) kau akan abadi. Oleh karenanya aku mempersiapkan diri untuk tinggal kekal di sini. Sementara engkau justru menyibukkan diri dengan membangun istanamu yang kelak atas takdir-Nya ia akan punah! Kau terlihat begitu membenci kuburan sedangkan di situlah kelak tempat peristirahatan terakhirmu!” Bahlul melanjutkan, “Jika demikian adanya, lalu siapa di antara kita yang gila! wahai khalifah?!” jelasnya. 


Mendengar jawaban si Bahlul, Khalifah Harun diam sejenak tanpa mampu bicara sedikit pun. Lalu ia berkata kepada Bahlul sambil menangis terisak, “Demi Allah. Benar sekali apa yang kau katakan, wahai Bahlul. Khalifah kemudian meminta nasehat dan petunjuk sang sufi ini. Ia berkata, “Nasehatilah aku, wahai Bahlul.”


Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi hanya memberikan satu nasehat pada sang khalifah. Ia memesankan agar khalifah memegang teguh dan mengamalkan kitab Allah SWT. 


Mendengar itu, sang khalifah langsung mengangguk dan balik bertanya pada  Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi jika ia punya permintaanya pada khalifah. 


“Ternyata Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufu memiliki tiga permintaan. Pertama, bisakah sang khalifah menambah atau memperpanjang usianya? Sang khalifah menjawab, tentu tidak bisa,” ujar Khofifah.


Kemudian permintaan yang Kedua, mampukah sang khalifah menjagaku dari malaikat maut? Sama dengan pertanyaan pertanya Tentu hal itu tidak bisa dilakukan khalifah Harun.


Dan yang terakhir,  Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi menanyakan apakah Khalifah mampu memasukkannya di Surga dan menjauhkan dari api neraka. Lagi-lahi sang khalifah menjawab tidak mampu.


“Lantaran tiga permintaaannya tidak bisa dipenuhi sang khalifah maka Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi menegaskan bahwa ia tidak butuh bantuan sang khalifah,” tegas Khofifah.


Apa yang diajarkan dari sosok Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi menurut Khofifah sangat dalam. Betapa seorang sufi mementingkan hubungan dengan pencipta dan tidak tergiur dengan kemewahan dan keindahan dunia.


“Maka di makam tersebut kami ikut berdoa agar semoga kita umat Nabi Muhammad bisa diberikan sifat zuhud yang menjauhkan diri dari hal-hal maksiat maupun keburukan, amin ra robbal alamin,” pungkas Khofifah. (Red) 

Bagikan:

Komentar