|
Menu Close Menu

Dosen UT Surabaya Ungkap Pentingnya Penerapan Frugal Living

Sabtu, 03 Mei 2025 | 16.59 WIB

Potret Seminar Pra-Wisuda Universitas Terbuka (UT) Surabaya di Surabaya.(Dok/Laura). 
Lensajatim.id, Surabaya – Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu serta tantangan perubahan iklim yang makin nyata, frugal living atau gaya hidup hemat kembali mencuat sebagai konsep yang relevan dan bernilai. Dalam sesi seminar Universitas Terbuka Surabaya, Dr. Hana Norhamida, S.E., M.Si., Ak., CA., mengupas tuntas tentang pentingnya menerapkan frugal living dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai solusi finansial, tetapi juga sebagai pilihan gaya hidup yang berkelanjutan.


“Frugal living bukanlah konsep baru. Dalam banyak ajaran agama dan nilai-nilai tradisional kita, hidup hemat dan bersahaja sudah sejak lama dijunjung tinggi,” jelas Hana di awal pemaparannya.


Ia menyoroti bahwa pelambatan ekonomi global saat ini menuntut konsumen untuk lebih cermat dalam membelanjakan uang. Di sisi lain, gaya hidup yang terlalu konsumtif bukan hanya berdampak pada keuangan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Karena itulah, frugal living hadir sebagai pendekatan yang tidak hanya hemat, tetapi juga berkesadaran.


Dari sisi finansial, frugal living membantu individu mengelola uang dengan lebih bijak: membeli sesuai kebutuhan, bukan keinginan sesaat. Sementara dari sisi psikologis, gaya hidup ini menumbuhkan kesadaran atas prioritas, mana yang penting dan mana yang bisa ditunda atau bahkan dihindari.


“Dengan frugal living, kita tidak hanya menghemat uang, tapi juga mengurangi stres karena terbebas dari tekanan gaya hidup yang serba harus terlihat mewah,” tambah Hana.


Ia juga menekankan aspek lingkungan dari frugal living. Contohnya sederhana: membeli pakaian saat memang dibutuhkan, bukan hanya karena sedang tren. “Kebiasaan kecil ini jika dilakukan bersama, bisa berdampak besar dalam mengurangi limbah dan menekan jejak karbon,” ungkapnya.


Dalam penutupan sesinya, Hana mendorong generasi muda untuk memandang frugal living bukan sebagai keterbatasan, melainkan sebagai bentuk kontrol diri dan tanggung jawab sosial. “Hidup hemat itu bukan berarti hidup kekurangan, tapi hidup dengan kesadaran penuh atas apa yang benar-benar kita butuhkan,” tegasnya. (Lau) 

Bagikan:

Komentar