|
Menu Close Menu

Masa Depan Politik Khofifah

Senin, 19 Mei 2025 | 20.55 WIB

 


Oleh Moch Eksan 


Lensajatim.id, Opini- Pada 19 Mei 2025 ini, Khofifah Indar Parawansa genap berusia 60 tahun. Ia sosok perempuan paripurna yang setia di jalan aktivisme. Jalan seorang atau sekelompok orang yang aktif dalam mendorong perubahan masyarakat melalui kegiatan organisasi muslimat NU dan kegiatan pemerintahan. Namanya selalu berada di orbit aktivis perempuan sedari muda sampai sekarang.


Khofifah tercatat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU selama 25 tahun sejak 2000 sampai dengan 2025. Juga  sedang sebagai gubernur selama 10 tahun sejak 2019 sampai dengan 2029. Ia sosok pribadi yang lengkap sebagai aktivis sekaligus birokrat.


Selain sebagai gubernur Jawa Timur, Khofifah punya rekam jejak yang panjang di parlemen sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1992-1998 dan dari Partai Kebangkitan Bangsa pada 1999-2006. Namun, di rentang waktu tersebut, ia pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan/Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Kabinet Presiden Gus Dur pada 1999-2001.


Setelah dua kali kalah di laga Pilgub Jatim pada 2008 dan 2013 atas Pak De Karwo-Gus Ipul, Khofifah kembali dalam kabinet Presiden Jokowi setelah ikut mengantarkan sebagai presiden ke-7.  Jokowi mengangkatnya sebagai Menteri Sosial pada 2014-2018.


Jadi, selama meniti karier sebagai politikus perempuan berbakat, Khofifah lebih banyak di dalam pemerintahan daripada di luar pemerintahan. Ini terbukti dari rekam jejak selama 33 tahun terakhir, ia hanya berada di luar pemerintahan selama 5 tahun. Selebihnya, 28 tahun di dalam pemerintahan sebagai anggota parlemen atau anggota kabinet dan atau gubernur.


Khofifah ini politisi handal yang bisa memutarbalikkan keadaan. Pak De Karwo yang telah mengalahkannya dua kali Pilgub, pada Pilgub 2018 justru mendukung Khofifah-Emil melawan Gus Ipul-Puti yang merupakan trah besar di panggung gerakan politik nasional. Yaitu trah Kiai Bisri Syamsuri dan Bung Karno. Pada Pilgub ke-3 ini, ia menang dan menjadi gubernur perempuan pertama dalam sejarah di Jatim.


Jauh sebelum Presiden Prabowo Subianto mendapat sokongan dari rival Pilpres dalam konteks nasional, dari Jokowi. Gubernur Khofifah terlebih dahulu mendapatkan dukungan dari rival Pilgub dalam skala regional, dari Pak De Karwo. Kedua pemimpin tersebut telah memberikan contoh yang baik bagaimana rivalitas politik tak menjadi halangan untuk bekerjasama setelah berkuasa.


Kalau tak ada tsunami politik, nampaknya karier politik Khofifah tak berakhir di Gedung Grahadi, tapi tetap berpotensi menjadi penghuni Istana Negara, baik sebagai presiden atau wakil presiden. Para gurunya di NU telah membukakan jalan baginya untuk melanjutkan legacy Presiden Gus Dur atau Wakil Presiden Hamzah Haz atau Wakil Presiden Kiai Ma'ruf Amien.


Sesungguhnya, Khofifah punya peluang maju menjadi pemimpin nasional sejak Pilpres 2024 lalu. Tapi rupanya, peluang ini tak dimanfaatkan dan memilih untuk tetap menjadi gubernur Jatim. Ia mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Dan ternyata ijtihad politiknya benar. Pasangan presiden yang didukung menang dan ia sendiri terpilih periode kedua sebagai gubernur Jatim.


Dari uraian di atas, Khofifah punya insting politik yang sangat baik. Ia punya kalkulasi politik yang cermat  di tengah hiruk pikuk tiga Pilpres terakhir. Dalam menghadapi Pilpres 2029 dimana Prabowo sudah diusulkan oleh Gerindra maju periode ke-2, banyak prediksi muncul menyangkut birokrat NU tulen ini. Antara lain:


Pertama, Khofifah pada Pilpres 2029 berusia 64 tahun, usia yang relatif produktif secara politik untuk tampil sebagai alternatif kepemimpinan nasional. Sehingga, publik pasti akan mendorong ia tetap tampil sebagai calon atau pendukung demi basis konstituen yang telah dibina puluhan tahun. Ia akan mengkapitalisasi aspirasi konstituennya tersebut sebagai sarana perjuangan.


Kedua, langkah Khofifah hanya akan berakhir bila terjadi eskalasi kasus menyasar dirinya sebagai target. Walaupun dalam beberapa kasus yang menyeret-nyeret namanya, ia terbukti clear. Termasuk kasus yang ditangani oleh KPK. Dengan demikian, langkahnya sangat sulit untuk dicegah dan akan terus melaju menuju puncak kepemimpinan nasional. 


Ketiga, bila Prabowo maju kembali, Khofifah lebih memilih mendukung Presiden 08. Ia bakal berikhtiar untuk menjadi calon wakil presiden sebagai representasi NU dan perempuan sekaligus layak Kamila Haris atas Presiden Joe Biden. Bila tidak, ia minimal akan masuk menjadi anggota kabinet Prabowo untuk jabatan terakhir.


Keempat, karena alasan tertentu Prabowo tak maju kembali, Khofifah akan lebih memilih untuk bertarung sebagai calon presiden.  Ini mengingat pasca keputuhan MK, bahwa partai politik apapun bisa mencalonkan pasangan presiden-wakil presiden. Rakyat pemilih akan mendapatkan alternatif pasangan calon yang banyak. Dan, Khofifah nantinya menjadi salah satu dari sejumlah nama terkenal yang beredar dalam bursa capres atau cawapres.


Walhasil, bila kondisi politik seperti saat ini, Khofifah tidak akan berani mencalonkan diri menjadi presiden. Dia akan memilih setia di jalan Prabowo, terlepas dari posisinya sebagai pendamping atau pendukung. Yang pasti, ekspektasi politik tertingginya pada Pilpres mendatang yang tersedia hanya cawapres. Dan, posisi sebagai cawapres Prabowo ini akan diperebutkan oleh Gibran, AHY, Bahlil, Muhaimin dan Zulkifli Hasan dan lainnya.


Selamat milad ke-60, semoga panjang umur, sehat dan sukses selalu.


Moch Eksan adalah Penulis Buku Prabowo Subianto Jenderal Penakluk Sejarah Presidensial

Bagikan:

Komentar