|
Menu Close Menu

Ning Lia Istifhama Kagum dengan Kemandirian dan Sistem Pendidikan Humanis Ponpes Al Islah Bondowoso

Senin, 27 Oktober 2025 | 15.24 WIB

Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Barat saat silaturahmi ke Ponpes Al Islah Bondowoso, Jawa Timur.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Bondowoso— Anggota DPD RI sekaligus MPR RI, Lia Istifhama, melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Al Islah Bondowoso, Jawa Timur, Minggu (26/10/2025). Dalam kunjungan tersebut, Lia disambut hangat oleh pengasuh pesantren, Gus Zaki, dan menyampaikan kekagumannya atas semangat kemandirian serta sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren yang telah berdiri lebih dari 52 tahun itu.


Menurut Lia, Pondok Pesantren Al Islah bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan kemandirian ekonomi santri.


“Pesantren ini luar biasa, berdiri di atas lahan seluas 16 hektare dan kini menampung sekitar 2.000 santri. Selama lebih dari setengah abad, pondok ini terus memberikan manfaat besar bagi umat,” ujarnya dengan penuh apresiasi.


Lia menyoroti keunikan sistem pendidikan Al Islah, di mana para santri diberikan tiga opsi pembayaran: tanpa bayar (tabah), bayar sebisanya, dan bayar penuh. Menariknya, sebagian besar santri memilih opsi bayar sebisanya, dengan nominal bervariasi antara Rp10.000 hingga Rp50.000 per bulan.


“Yang luar biasa, meski banyak santri membayar sebisanya, mereka tetap mendapatkan fasilitas lengkap, mulai dari tempat tidur, asrama, hingga makan tiga kali sehari. Gizinya terjamin dan kesehatannya pun diperhatikan,” tutur Lia dengan nada kagum.


Menurutnya, sistem tersebut mencerminkan nilai keikhlasan dan solidaritas sosial yang tinggi antara pihak pesantren dan wali santri.


“Ponpes ini tidak mengejar profit, melainkan keberkahan. Meski secara finansial pemasukan dan pengeluaran tidak selalu seimbang, mereka tetap konsisten menjaga kualitas pendidikan dan kehidupan santri,” tambahnya.


Selain fokus pada pendidikan agama, Pondok Pesantren Al Islah juga aktif menanamkan jiwa kewirausahaan di kalangan santri. Mereka diajak belajar berbisnis dan berproduksi secara mandiri melalui kegiatan seperti beternak lele, pengolahan biofuel, serta berbagai usaha produktif lain yang berorientasi pada kemandirian ekonomi.


“Para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tapi juga dilatih berkreasi dan berwirausaha. Mereka belajar memproduksi, mengelola, hingga memasarkan hasil usaha bersama. Ini contoh pendidikan yang holistik dan memberdayakan,” ujar Lia penuh semangat.


Politisi yang akrab disapa Ning Lia ini menilai, pendekatan pendidikan berbasis nilai dan kemandirian seperti di Al Islah layak menjadi model bagi lembaga pendidikan lain di Indonesia.


“Apa yang dilakukan Ponpes Al Islah ini adalah bentuk nyata pendidikan berbasis nilai. Di sini, bukan hanya ilmu yang diajarkan, tapi juga ketulusan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial,” tegasnya.


Menutup kunjungannya, Lia berharap pemerintah dan masyarakat terus memberikan dukungan kepada pesantren yang berkomitmen membangun bangsa melalui pendidikan keikhlasan dan kemandirian.


“Ponpes seperti Al Islah adalah aset bangsa. Dari tempat seperti inilah lahir generasi yang berilmu, mandiri, dan berakhlak mulia,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar