|
Menu Close Menu

Akademisi UI Sebut Dewas RRI Butuh Tokoh Muda Dengan Visi Kebangsaan yang Kuat

Kamis, 17 Desember 2020 | 05.58 WIB

Muhamad Syauqillah, PhD,  Ketua Prodi Studi Kajian Terorisme  Universitas Indonesia (Dok/Sindonews.com)


lensajatim id Jakarta-
Seleksi Dewan Pengawas Radio Republik Indonesia (RRI) saat ini sudah melewati beberapa tahapan. Dari proses awal ada 672 orang yang mendaftar,  kemudian lolos seleksi administrasi sebanyak 184 orang.


Dari 184, setelah mengikuti tahapan seleksi saat ini tersisa 45 orang calon. Dari jumlah tersebut nantinya akan diambil 15 orang untuk kemudian diserahkan ke Komisi I DPR RI. 


Menurut  Muhamad Syauqillah, Ketua Prodi Studi Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI), di Dewas RRI tokoh muda yang memiliki visi Kebangsaan, dan juga profesional  sangat penting keberadaannya. Itu sebagai upaya memanfaatkan RRI menjadi media penyiaran yang mampu melahirkan konten-konten kreatif dalam rangka mengkampanyekan semangat kebangsaan, semangat kebinekaan. 


Dalam era saat ini, kata Syaqillah, paling tidak ada tiga hal yang harus menjadi perhatian RRI sebagai Lembaga Penyiaran milik Pemerintah, terutama dalam penyajian konten-konten yang mampu meningkatkan jiwa Kebangsaan dan Kebinekaan. Pertama, RRI harus menjadi jangkar dan jaring pengaman kokohnya kedaulatan NKRI. RRI harus menjangkau wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia, untuk menghadirkan negara bagi masyarakat di sana. " Nah konten penyiaran yang dapat disajikan adalah berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan, merangkul mereka sebagai sesama anak bangsa untuk cinta," tandasnya.


Kemudian kedua, lanjut Syauqillah untuk masyarakat perkotaan, RRI harus berhadapan dengan ancaman ideologi dan budaya yang selama ini menggerogoti ideologi Pancasila dan keluhuran budaya bangsa (kontra narasi dan kontra ideologi). Melalui strategi pengemasan konten, RRI dapat memformulasikan konten-konten pilar kebangsaan (Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) dalam sajian kekinian dan membumi, sehingga dapat meningkatkan resiliensi dan imunitas masyarakat (terutama generasi milenial) dari paparan intoleransi, radikalisme, terorisme, termasuk fenomena politik identitas dan populisme yang saat ini menguat. " Kegiatan ini bisa dilakukan misalnya dengan menggandeng tokoh moderat, Ormas moderat, kaum profesional dan milenial yang inspiratif," paparnya. 


Dan berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah mengadaptasi era digitalisasi. Dalam hal ini RRI harus mengarah pada terbentuknya lembaga penyiaran berbasis digital. Kemasan konten harus terdiseminasi secara luas menjangkau para pengguna media internet dan media sosial. Kalau basisnya internet/ data, maka RRI dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia dimanapun, bahkan masyarakat dunia. Selain itu, basis digital juga dapat mendekatkan RRI dengan generasi milenial.


Sejauh ini, dari beberapa calon yang ada, tutur Syauqillah, dirinya menilai M.Faizi sebagai salah satu calon Dewas, memilki potensi untuk melakukan itu. " Karena selama ini saya tau  track  record dan rekam rekam saudara Faizi yang sangat kontributif dalam  rangka merawat kebinekaan kita, dalam upaya merawat NKRI, salah satunya lewat medianya yaitu HARAKATUNA," ungkapnya.


Untuk itu dirinya berharap, Faizi bisa terpilih menjadi Dewas RRI periode 2021-2026, yang akan berkontribusi dalam penjagaan wacacana dan juga nilai-nilai Kebangsaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. " Itu sebagai upaya memoderasi keagamaan kita, merawat kebinekaan, menjaga kesatuan dan persatuan serta menjunjung tinggi kebersamaan sesama anak Bangsa," pungkasnya. (Hks/Had)

Bagikan:

Komentar