|
Menu Close Menu

Syeikh Ali Jaber, Indonesia dan Biladul Quran

Kamis, 14 Januari 2021 | 22.24 WIB

 


Oleh: Moch Eksan


Usianya lebih muda setahun dari saya. Ulama besar ini lahir di Madinah, 3 Februari 1976, nama lengkapnya Ali Soleh Muhammad Ali Jaber atau lazim dipanggil dengan Syeikh Ali Jaber. Dikenal sebagai juri hafidz quran dan dai yang sejuk dan teduh di Nusantara.


Ulama asal Arab Saudi ini sudah mengikuti naturalisasi dan resmi berkewarganegaraan Indonesia sejak 2012. Syeikh Ali Jaber bercita-cita ingin mencetak 1 juta hafidz quran di Indonesia, dan berharap pada suatu saat nanti, negeri ini dipimpin oleh presiden dari ahlul quran, seperti Turki sekarang yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdoğan.


Syeikh Ali Jaber sangat yakin, Turki saja yang sekuler, dimana adzan dilarang dengan Bahasa Arab, madrasah dan pesantren dilarang, tahfidzul quran dilarang, dan kegiatan dakwah dilakukan sembunyi-sembunyi, bisa dipimpin oleh hafidz quran. Apalagi di Indonesia, negara yang memberi kebebasan bagi pengembangan dakwah dan pendidikan Islam. Peluang tersebut terbuka lebar, asal umat Islam tak mengenal lelah dan menyerah untuk membumikan quran, sehingga negeri ini menjadi biladul quran (negara quran).


Barangtentu dalam pengertian ini, biladul quran bukan pengganti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana layaknya Negara Islam atau Khilafah Islamiyah. Akan tetapi, quran sebagai etika moral layaknya akhlaq Rasullah SAW, yaitu akhlaq quran. Sinyalemen biladul quran terlihat dari beberapa fakta berikut:


Pertama, pendidikan quran merupakan pendidikan pertama di seluruh keluarga muslim di Indonesia. Program melek huruf bukan hanya melek huruf Latin tapi juga melek huruf Arab. Keduanya berjalan beriringan sebagai kompetensi dasar setiap anak muslim Indonesia.


Kedua, jumlah hafidz terbanyak di dunia, adalah Indonesia. Saudi Arabia mencatat 6 ribu hafidz, di negeri ini terdapat 30 ribu hafidz. Perkembangan pesat tahfidzul quran tak bisa lepas dari tumbuh kembangnya program tahfidz quran di pesantren atau Rumah Hafidz Centre (RHC) yang kini sudah mencapai 1.200 unit di seluruh Tanah Air.


Ketiga, pemberian beasiswa bagi hafidz quran untuk melanjutkan jenjang pendidikan tinggi. Beberapa perguruan tinggi besar di Tanah Air, malah menyediakan jalur khusus tanpa tes, dan bebas memilih fakultas yang diminatinya. Semua biaya kuliah bebas, dan disediakan biaya hidup tiap bulan bagi mereka. Seperti: UII, UNS, IPB, Unisba, UIN Alaudin, UMM, ITS, UIN Maulana Malik Ibrahim, ITB, UI, Unair, Undip, UGM, Unpad, Unibraw, UNY, UNJ, UNS, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sunan Kalijaga, UIN Walisongo, UIN Sunan Ampel, UIN Sunan Gunung Jati, UIN Hasanuddin, dan lain sebagainya.


Keempat, khatmul quran merupakan tradisi yang berurat akar dalam postur peradaban umat Islam Indonesia. Setiap saat, ayat quran dilantunkan tiap sholat lima waktu. Mushala, masjid dan rumah muslim menyiarkan bacaan quran dengan pengeras suara. Warga bangsa menyimak lantunan ayat suci sambil menjalankan aktifitas biasa. Bacaan ayat quran saling bersahutan dari berbagai pojok dan penjuru. Semua berharap keberkahan kalamullah tersebut bagi bumi Indonesia.


Dari puluhan ribu hafidz quran, Syeikh Ali Jaber sangat nampak perhatian dan perjuangannya dalam membumikan quran di nusantara. Sampai-sampai, ia mengalami insiden kekerasan fisik. Ia diserang saat sedang berceramah di Masjid  Falahuddin Tanjungkarang Bandar Lampung. Pelaku mengarahkan pisau ke arah leher dan dada sang syeikh. Namun, serangan tersebut dapat dihindari, dan hanya melukai bahu kanannya.


Sejak insiden kekerasan itu, safari dakwah Syeikh Ali Jaber dikawal ketat aparat. Banser NU juga tak luput ikut mengawalnya, ketika melakukan perjalanan dakwah di Jawa Timur. Tak kurang, Menkopolhukam, Prof Dr Mahfudz MD, MA, bertandang ke rumahnya, serta memberikan support moral agar Syeikh Ali Jaber terus berdakwah dan pantang mundur menyebarkan Islam rahmatan lil alamin ke pelosok Nusantara.


Peristiwa tragis di atas masih segar dalam ingatan masyarakat, tetiba tersiar kabar Syeikh Ali Jaber jatuh sakit terkena virus corona. Warga bangsa banyak mendoakan sang syeikh  kembali pulih dan berdakwah kembali seperti sediakala. Indonesia sangat membutuhkannya di tengah-tengah maraknya dakwah yang mengumbar hoax, fitnah dan kebenciaan.


Namun, masyarakat dikagetkan kabar meninggalnya Syeikh Ali Jaber. Padahal setelah dirawat selama 19 hari di RS Yarsi Cempaka Putih Jakarta, ia sempat membaik dan hasil swabtestnya dinyatakan negatif. Apa daya, Allah SWT memanggilnya untuk menghadap, menyusul para ulama dan habib yang meninggal lebih dulu.


"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku!” (QS. Al-Fajr: 27-30).


Selamat jalan wahai Syeikh! Terima kasih atas segala jasa-jasamu membumikan quran. Para pencintamu akan menuruskan perjuanganmu menjadikan Indonesia sebagai biladul quran. Amien.


Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar