|
Menu Close Menu

Partai Demokrat dan Dinamikanya

Kamis, 04 Februari 2021 | 19.28 WIB

 

AHY saat melakukan Konferensi Pers 

 Oleh : Ach Wildan Al-Faizi


Pada Kongres Partai Demokrat yang diselenggarakan 21-23 Mei 2010 di Bandung Jawa Barat menghasilkan Anas Urganigrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat untuk Periode 2010-2015 yg kala itu masih berusia 41 tahun. Cukup muda untuk ukuran seorang ketua umum partai penguasa.


Perjuangan Anas memimpin partai ini tidak lah mudah, karena harus menghadapi dua kader demokrat lainnya yang sama-sama memiliki dukungan besar dari peserta kongres. Apalagi keduanya lebih senior dan lebih lama berproses di demokrat.


Kemenangan anas tidak lepas dari strategi yang jitu. Saat itu anas langsung turun ke akar rumput mencuri hati para kader dibawah. Bersama Prof. Ahmad Mubarok sebagai ketua tim pemenangan, Anas sibuk turun dari satu daerah ke daerah lain menemui DPC dan DPD. Diakar rumput, anas memang cukul kuat dengan menggunakan jaringan HMI-nya, selain itu mantan Komisioner KPU RI ini juga mampu merangkul dan mendengarkan apa yang menjadi aspirasi para kader internal demokrat diarus bawah.


Sebaliknya dua calon lain cenderung mengandalkan popularitasnya sebagai pejabat. Saat itu Andi Mallarangeng sebagai menteri pemuda dan olahraga. Marzuki Alie masih menjabat sebagai ketua DPR RI. Wajah keduanya pun lebih banyak terlihat di layar televisi melalui berbagai macam iklan politik dari pada konsolidasi ke akar rumput.


Terpilihnya Anas bukan tanpa halangan. Berkali-kali SBY meminta anas tidak maju. Sebab SBY lebih menjagokan Andi Mallarangeng sang mantan Jubirnya di Periode pertama jadi Presiden. Anas hanya ditawari jadi sekjen (Sekretaris Jenderal) DPP mendampingi Andi asal dia mau mundur. Sementara, kader-kader pemilik suara sah di kongres sudah telanjur sehati dengan Anas sehingga upaya SBY gagal total membujuk Anas untuk tidak maju dalam kongres demokrat.


Dan benar saja, saat penghitungan suara Anas tak terbendung. Andi yang begitu optimistis menang karena dukungan dari istana ternyata kalah di putara pertama dengan memperoleh 82 suara, sementara Anas berhasil mendominasi 236 suara dan Marzuki Alie mengantongi 209 suara. Pada putaran kedua, suara Anas semakin tak terkejar dengan 280 suara, Marzuki hanya 248 suara.


Pasca kongres, Anas berupaya menyatukan semua perbedaan dalam kongres demokrat. Lawan politiknya atau mereka yg berbeda pandangan dengan anas tidak langsung disingkirkan tapi dirangkul masuk dalam struktur partai. Marzuki Alie dipilih sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina dan Andi Mallarangeng sebagai Sekretaris Dewan Pembina. Termasuk anak SBY mas Ibas ditempatkan pada posisi strategis yaitu sebagai sekjen DPP.


Duet Anas-Ibas ini dianggap ideal karena sama-sama berlatar belakang anak muda dan perpaduan antara kubu duren sawit dan kubu Cikeas. Anas paham betul, kehadiran mas Ibas di struktur demokrat bagian dari cara untuk mengobati kekecewaan SBY. Tak jarang, Mas Ibas selalu dibawah keliling "blusukan" ke berbagai daerah. Dimana ada anas pasti ada mas ibas, dan kemanapun mas ibas pergi pasti selalu bersama anas.


Namun, kehadiran mas ibas dan beberapa loyalis SBY di berbagai posisi srategis partai ternyata belum juga memperlihatkan rasa simpati keluarga cikeas ke anas. Padahal sebetulnya Anas ini termasuk kader kesayangan SBY.


Anas tetaplah Anas, dia bukan politisi kacangan. maka dia pun memperkuat barisannya dengan membawa dan merekrut gerbong HMI untuk masuk struktur demokrat. Tidak hanya dilevel DPP tapi juga di tingkat DPD dan DPC. Masuknya kader-kader HMI di demokrat ini, membuat posisi anas semakin kuat. Diapun pun fokus melakukan konsolidasi partai tanpa harus memikirkan manuver SBY dan loyalisnya.


Nama anas pun makin meroket, kiprahnya selalu diperhitungkan. dalam beberapa survei mantan ketum PB HMI ini selalu masuk dalam salah satu tokoh yang dianggap layak menjadi Capres-Cawapres 2014 (sebelum muncul nama Jokowi). 


Namun, petaka pun tiba, Demokrat tertimpa musibah besar dengan terlibatnya beberapa kader inti dalam pusaran kasus korupsi. Dinamika yang keras di internal Demokrat berhasil memaksa Anas untuk menyerahkan jabatannya. lewat kasus hukum yang menjeratnya inilah kemudian ada dorongan agar Anas "dikudeta" dari posisinya sebagai ketua umum.


Kini, 8 tahun kemudian isu kudeta kembali terjadi di internal partai demokrat. Kalau dulu, yang dikudeta kelompok anas dan yang dianggap melakukan kudeta barisan pendukung SBY. Sementara saat ini sebaliknya, yang diduga akan melakukan kudeta salah satunya adalah barisan pendukung Anas kepada kepemimpinan putra mahkota SBY yaitu mas AHY.


Saya sendiri tidak tau, Apakah kasus Anas dulu dan AHY saat ini bisa Diartikan sebagai bagian dari kudeta, pelengseran, penyingkiran atau hanya sebatas dinamika politik internal saja yang biasa terjadi di partai politik manapun.


Penulis adalah Direktur Pascasarjana Institut Kariman Wirayudha (INKADHA), Kabupaten Sumenep

Bagikan:

Komentar