|
Menu Close Menu

Blessing in Disguise di Balik Penundaan Pelantikan

Selasa, 16 Februari 2021 | 13.19 WIB



Oleh: Moch Eksan


Seorang sahabat dari Sumberkejayaan bertanya pada saya sejak Senin pagi, 15 Februari 2021. Apa betul Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Jember,  Rabu, 17 Februari 2021, ditunda? Teman tersebut Edi Santijo namanya, seorang Sekretaris Desa Sumberkejayan Mayang, yang was-was membaca postingan dan pembicaraan di group watshapp "sebelah".


Postingan tersebut berbunyi: "Singgasana tertunda". Ada juga postingan bernada meledek: "Bisa diukur bajunya tetapi gak bisa dipakek bajunya soalnya perjalanan ditunda macet ada Si Komo lewat", serta komen nyinyir lainnya, tanda belum move on dan terjangkit post-power  syndrome pasca kalah pada Pilkada Serentak 2020 lalu.


Rupanya, walau Pilkada sudah selesai, masih banyak yang belum selesai dengan perasaannya sendiri melihat kenyataan. Pasangan bupati dan wakil bupati yang diusung kalah telak di atas 161 ribu lebih. Padahal, hasil Polmark mengunggulkan bupati petahana di atas 17 persen. Namun, takdir yang diimaninya mengatakan lain. Bupati perempuan pertama ini harus berakhir masa jabatannya dan puas hanya satu periode saja. Ambisinya untuk satu kali dihempas oleh gelombang suara perubahan yang mengaung  di pelosok Jember.


Jember usai Pibup, tensi politik bukan justru mereda, akan tetapi justru meningkat dengan "amuk politik" Bupati dr Hj Faida MMR mengorat-ngarit birokrasi. Nampaknya, ia tak terima dengan hasil pilkada. Ironisnya, bukan dengan cara mengajukan perselisihan hasil pemilu (PHP) pada Mahkamah Konstitusi (MK), tetapi memutasi sejumlah pejabat yang dianggap biangkerok dari kekalahannya. Jabatan Sekda jadi 3. Sejumlah OPD mempunya kepala kembar. Banyak kecamatan mengalami dualisme. Dan, yang paling tragis, 28 sopir ambulan desa diberhentikan. Semua tahu, para ambuldes merupakan salah satu mesin pemenangannya pada 2 kali pemilu: Pileg 2019 dan Pilkada 2020.


Faida penganut prinsip "Tiji Tibeh" (mati siji mati kabeh). Sayangnya, prinsip ini juga diberlakukan untuk pasukannya sendiri. Semestinya, sebagai "panglima perang", ia berfikir dan berusaha keras untuk meminimalisir "korban" berjatuhan dari perang demokrasi, hatta mengorbankan diri sendiri demi mimpi kejayaan di masa depan.


Struktur logika Faida memang unik dan spesifik. Bahkan, banyak orang menganggap cara berfikirnya kharijul 'adah (di luar kebiasaan) para politisi yang mengedepankan introspeksi diri atas kekalahan. Bahwa kekalahan itu sebenarnya kemenangan yang tertunda. Dalam politik, politisi bisa mati berulangkali. Namun, ia selalu bisa menciptakan momentum kemenangan kembali. Sebab sejatinya,  kekalahan bukan kesalahan orang lain, tapi wujud kekalahan melawan diri sendiri.


Oleh karena itu, penundaan pelatikan bupati dan wakil bupati Jember,  satu sisi seperti tanda keberuntungan bagi para penentang bupati dan wakil bupati terpilih, dan sisi lain kerugian bagi pendukung Haji Hendy-Gus Firjaun. Di balik penundaan pelantikan dikarenakan adanya PHP di 3 kabupaten yang masih bersidang di MK. Sungguh ada blessing in disguise bagi keduanya dan masyarakat Jember.


Blessing in disguise merupakan frasa yang digunakan oleh James Hervey, seorang pendeta dan penulis untuk menggambarkan kemalangan menjadi keberuntungan. Frasa ini diartikan dengan berkah terselubung. Suatu nilai kebaikan yang dipetik di balik peristiwa buruk yang tak diinginkan. Di dunia, tidak semua peristiwa sesuai dengan keinginan. Banyak yang justru bertentangan dengan keinginan. Yakinkan, tidak ada sesuatu yang sia-sia di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT:


"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran/3:191).


Berkah itu sendiri, dalam buku Fiqih Tradisionalis karya KH Muhyiddin Abdusshomad, ziyadatul khair fis syai (bertambahnya kebaikan dalam sesuatu). Berkah terselubung berarti bertambahnya kebaikan yang tersembunyi di balik penundaan pelantikan. Antara lain:


Pertama, Haji Hendy-Gus Firjaun terhindar dari konflik birokrasi yang merupakan warisan peninggalan Faida-Kiai Muqit. PJ Bupati bentukan gubernur pasti akan menyelesaikan dualisme pejabat dalam lingkungan Pemkab.


Kedua, Haji Hendy-Gus Firjaun dengan demikian, bisa memenuhi kaidah al-khuruj minal ikhtilaf mustahibun (keluar dari dua pertentangan dianjurkan), sehingga pasca dilantik tak lagi direpoti untuk menentukan mana pejabat sah dan tidak. Kondisi birokrasi sudah satu komando dalam melaksanakan visi, misi dan program bupati dan wakil bupati.


Ketiga, Haji Hendy-Gus Firjaun lepas dari jebakan batman bupati petahana yang menyiapkan "bom waktu" untuk merecoki kepemimpinan kepala daerah yang baru. Orang nomor satu dan dua Jember ini tak terseret dalam arus konflik birokrasi, yang bila salah menentukan pejabat maka akan menyisakan luka dalam. Akibatnya, kondisi birokrasi akan seperti api dalam sekam. 


Keempat, Haji Hendy-Gus Firjaun ada waktu sejenak untuk merapikan konsolidasi visi, misi dan program bupati dan wakil bupati dengan koalisi partai, para pendukung dan stakeholders terkait dalam menyusun RPJMD, KUA-PPAS dan APBD 2021. Agar dalam proses penyusunan, pengajuan, pembahasan dan penetapan berjalan dengan lancar dan sukses.


Sudah sangat terang-benderang, bahwa penundaan pelantikan betapapun, ada kebaikan tersembunyi di baliknya, supaya Haji Hendy-Gus Firjaun mengkonsolidasikan semua kekuatan dari dalam maupun luar untuk membangun sinergi, kolaborasi dan akselerasi guna membenahi Jember.


Moch Eksan,  Eksan Institute dan Kordinator Pemenangan DPW Partai NasDem Jawa Timur untuk Haji Hendy-Gus Firjaun.

Bagikan:

Komentar