|
Menu Close Menu

Perangi Pandemi Covid 19 dengan Sholawat Versi Bupati Sampang

Kamis, 01 Juli 2021 | 11.10 WIB



Oleh: Moch Eksan


Adalah Bupati Sampang, H Slamet Junaidi  S.IP, satu-satunya kepala daerah yang mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 450/454.012/2021. Isinya himbuan membaca sholawat berjamaah di musholla dan masjid dengan menggunakan pengeras suara.


SE tertanggal 30 Juni 2021 ini ditujukan kepada Majlis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sampang. Bupati kelahiran 17 Agustus 1972 ini menghimbau pimpinan 3 organisasi Islam untuk memerintah seluruh pengurus takmir musholla dan masjid menggelar pembacaan sholawat Timbul Qulub, Burdah dan lainnya.


Pembacaan sholawat ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan demi keselamatan rakyat Sampang dari Pandemi Covid-19. Himbuan ini tentu berdampak peningkatan kepasrahan diri sekaligus menguatkan keteladanan para tokoh dalam mematuhi protokol kesehatan.


SE dari mantan politisi Senayan Partai NasDem sekilas agak kontroversi di tengah melonjaknya kasus   penyebaran Virus Corona varian baru, Delta. Banyak kepala daerah melarang kerumunan dan pengetatan mobilitas sosial. Bupati Junaidi justru melawan arus pembatasan sosial dan meminta warga Sampang membaca sholawat berjamaah.


Sesungguhnya, kebijakan berani suami Mimin Haryati tersebut merupakan local wisdom (kearifan lokal) yang biasa dilakukan oleh para leluhur dalam mengusir wabah penyakit. Lazimnya, masyarakat muslim Madura untuk mengusir bala bencana dengan membaca sholawat Tibbul Qulub dan Burdah di atas.


Banyak orang menyakini, Sholawat Tibbul Qulub bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Memang isi sholawat ini berupa permohonan kesembuhan atas penyakit dengan syafaat Rasulullah SAW. Sholawat ini buah karya dari Ahmad Al-Adawiy Al-Malkiy Al-Khalawaty Al-Dardir (1715-1786). Atau yang masyhur dengan sebutan Syeikh Dardir maupun juga Abul Barakah (bapak keberkahan).


Sementara, Sholawat Burdah lumrah digunakan kalangan pesantren untuk mengusir jin yang menganggu santri. Mereka yang kesurupan biasa dibacakan sholawat Burdah bersama-sama. Sholawat ini merupakan buah pena dari Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri (1211-1294). Atau yang populer dengan sebutan Imam Bushiri.


Jujur, kebijakan berani bapak 4 anak ini merupakan terobosan baru di tengah keletihan stakeholder kesehatan memerangi Covid-19. Pandemi sudah berlangsung 16 bulan lebih. Para ahli epidemiologi dunia telah menguarkan ilmu kesaktian untuk memutus mata rantai penularan Virus Corona.


Namun, berbagai format kebijakan yang diambil, belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Malah beberapa bulan terakhir Pasca Puasa Ramadhan dan Idul Fitri, varian Delta asal India kian ganas dan menyebar maut di berbagai wilayah Indonesia.


Beberapa elite terinfeksi untuk kedua kali dan banyak pula kiai yang dipanggil keharibaan Allah SWT. Pulau Madura sempat zona hitam dan dilakukan penyegatan di pintu gerbang Jembatan Suramadu. Semua untuk mengurangi laju peningkatan jumlah kasus baru.


Update data di wilayah kekuasaan Bupati Junaidi, tercatat sebanyak 1199 positif atau 0,14 persen dari populasi penduduk 844.972 jiwa; 959 sembuh atau 79,98 persen; dan 72 meninggal atau 6,0 persen dari kasus positif yang ada.


Bila dilakukan studi komparasi, maka populasi penduduk yang positif di Sampang lebih rendah dari nasional dan Propinsi Jawa Timur. Dimana masing-masing 0,78 persen dan 0,42 persen dari populasi penduduk. 


Namun, persentase kesembuhan, Sampang lebih rendah dari persentase nasional dan Jawa Timur. Nasional 87,07 persen. Dan Jawa Timur 88,07 persen.


Adapun, persentase angka kematian lebih tinggi dari nasional dan lebih rendah dari Jawa Timur. Nasional 2,68 persen. Dan Jawa Timur 7,39 persen.


Berbagai data di atas mengkonfirmasi bahwa Sampang adalah daerah yang potensi terpapar Virus Corona sangatlah rendah. Kendati demikian, potensi kesembuhan di bawah nasional dan propinsi. Dan potensi kematian relatif tinggi, di atas nasional dan di bawah propinsi.


Kondisi ambigu di atas, yang melatarbelakangi Bupati Junaidi tak melulu melakukan pendekatan kesehatan dalam penanganan Covid-19, akan tetapi juga menggunakan pendekatan keagamaan. Ia bagaikan mendayung dua karang, seperti istilah Bung Hatta. 


Sebagai seorang yang tumbuh dan besar di tengah kultur agama yang kental, ia sangat menyakini, bahwa manusia hanya berusaha, Allah SWT yang akhirnya menentukan semua. Wallahu 'alam bisshawab!


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar