|
Menu Close Menu

Soal Usulan Mengajarkan Protokol Kesehatan di Sekolah jelang PTM, Begini Reaksi Ning Lia

Jumat, 03 September 2021 | 19.03 WIB

 

Lia Istifhama, Praktisi Pendidikan Jawa Timur (Dok/Istimewa)

lensajatim.id Surabaya- Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono memberikan usulan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Dinas Pendidikan (Diknas) Kota  Surabaya mengajarkan protokol kesehatan sejak dini, dan jika perlu edukasi tentang Pandemi Covid-19 dimasukkan ke dalam kurikulum atau ekstra kurikuler.


Sontak, usulan tersebut mendapat reaksi dari Praktisi Pendidikan yang juga Ketua Perempuan Tani HKTI Jawa Timur, Lia Istifhama, putri tokoh NU KH. Masykur Hasyim tersebut menyampaikan agar kurikulum di sekolah tidak dicampur adukkan dengan apapun yang tidak menjadi esensi Pendidikan.


“Berbicara kurikulum, Mendikbud sudah sampaikan sejak 2020 lalu bahwa ada penyederhanaan kurikulum agar proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak menjadi beban bagi semua pihak, baik siswa, orang tua (wali siswa), maupun tenaga pendidik. Namun, sudah sangat tegas bahwa penyederhanaan tersebut fokus pada esensi pendidikan dan psiko sosial," tukas perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini saat dikonfirmasi. Jumat (03/09/2021).


Aktivis perempuan Jawa Timur tersebut menjabarkan makna esensi dalam Pendidikan, selain pendistribusian ilmu atau sharing knowledge, juga sebagai pembentukan karakter generasi penerus bangsa. " Dalam hal ini, bagaimana character building terbangun dan dibangun tidak lepas dari Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) bangsa ini," tandasnya.


Penerima Penghargaan Tokoh Nahdliyin Inspiratif ini kemudian membeberakan isi dari sila Pancasila, yaitu: yaitu (1) Ketuhanan yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


“Ada aspek sosial dalam sila Pancasila. Ini jangan sampai dikaburkan karena kondisi temporal. Dalam hal ini, jangan sampai aspek psiko sosial atau yang sifatnya karakter modal sosial, tergerus dan hilang karena observasi yang kurang holistic terhadap situasi saat ini. Sebagai contoh, jangan sampai Pandemi menjadikan alasan suburnya sikap individualisme," ungkapnya.


Dengan begitu, lanjut Ning Lia, jika persoalan Pandemi Covid 19 dimasukkan kurikulum, maka secara logika sangat susah menemukan benang merahnya. Jika kurikulum terkait penguatan Kesehatan yang diselenggarakan, itu sangat baik." Dan ini kan sudah jalan sejak lama melalui pelajaran tematik di tingkat SD maupun biologi di tingkat SMP. Secara sederhana, jangan bikin sesuatu hal baru yang kurang esensi sedangkan sebelumnya sudah ada pembelajaran tentang hal itu (kesehatan). Tinggal sekarang bagaimana ilmu semakin diperkuat setelah ada izin PTM Terbatas setelah gencarnya vaksinasi,” pungkasnya. (Red)

Bagikan:

Komentar