|
Menu Close Menu

Terima Penghargaan Jurnalis Nahdliyin, Anak dan Cucu Pendiri NU Ingin Lebih Termotivasi Berkhidmat

Minggu, 21 November 2021 | 11.03 WIB

Forkom Jurnalis Nahdliyyin saat menyerahkan Penghargaan kepada Wakil Bupati Mojokerto, Muhammad Al-Barra. (Dok/Istimewa).


Lensajatim.id, Surabaya - Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin (FJN) menggelar silaturahmi dengan keluarga besar Ponpes Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Sabtu (20/11) malam. Dalam acara tersebut hadir secara langsung pendiri ponpes, KH. Asep Saifuddin Chalim beserta anaknya Gus Muhammad Al-Barra.


Selain silaturahmi, FJN juga sekaligus memberikan penghargaan kepada keduanya sebagai tokoh yang memiliki pengaruh di Jawa Timur pada tahun 2021 kali ini. Kiai Asep sebagai tokoh inspiratif Jatim, sementara Gus Barra sebagai tokoh muda inspiratif.


Dihadapan para jurnalis, Gus Barra menyampaikan rasa terima kasihnya. "Baik lah. Dan didalam berita itu ditulis kami tak komunikasi dengan orang-orang tersebut, ini tadi agar lebih objektif," ujar pria yang juga Wakil Bupati Kabupaten Mojokerto ini.


Dengan adanya penghargaan ini dia ingin agar menjadi bahan agar bisa mengembangkan diri. "Dan kemudian saya juga kalau untuk berkhidmat di NU semampu saya. Untuk berkhidmat saya pasti akan berkhidmat, karena bagaimana pun saya adalah cucu pendiri NU," tegas dia.


Gus Barra kemudian sekilas bercerita bahwa saat ini tengah menempuh pendidikan S3. Dan dalam disertasinya dia akan mengangkat sosok kakeknya, KH. Abdul Chalim yang masih jarang diketahui sebagai salah satu pendiri NU.


"Sebenarnya dalam sejarah pun Mbah saya jarang ditulis. Tapi saya dalam disertasi saya menulis sejarah tentang NU yang ditulis oleh Mbah saya," terang dia.


Menurutnya, sang kakek ketika itu berjuang bersama KH. Wahab Chasbullah dalam mendirikan NU. Dan meninggalkan sebuah buku catatan yang ditulis dalam aksara Arab Pegon.


"Dan sekarang saya jadikan bahan disertasi doktoral. Sekarang sudah pada tahap penyelesaian, pemeriksaan tinggal sidang tertutup," imbuh pemuda lulusan Al-Azhar, Cairo, Mesir ini.


Senada Kiai Asep juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang sudah diberikan. "Saya hanya menambahkan saja, dari anak saya mas Barra. Jadi nanti kalau ada publikasinya itu dikliping kemudian ini juga difoto copy," ujarnya yang kemudian disambut tepuk meriah dari para Jurnalis Nahdliyin.


Kiai Asep juga meminta agar penghargaan ini disampaikan kepada pihak promotor. "Untuk bisa disampaikan pada promotornya ini salah satu bukti kelayakan kalau kemudian saya dapat gelar doktor," bebernya.


Kiai Asep kemudian menyampaikan bahwa kini tengah fokus mengembangkan Institut Pesantren KH. Abdul Chalim. Di mana di dalamnya ada studi untuk tingkatan bidang S1, S2, dan bahkan S3. "Untuk bidang S3 doktoral kita bahkan sudah memiliki dua jurusan," terangnya.


Dengan ini dia berharap ke depan bisa terus lahir intelektual-intelektual dari NU. Yang kemudian secara formal memiliki gelar S3 atau doktoral.


"Saya ingin Indonesia jadi kiblat keilmuan. Di Indonesia harus ada perguruan tinggi yang dikenal di dunia. Seperti di Yaman, Mesir, Tunisia," tegas dia.


Kiai Asep optimis Indonesia bisa menjadi kiblat keilmuan Agama Islam seperti beberapa negara tersebut. Apalagi Indonesia bisa disebut lebih kaya dan maju dibanding tiga negara asal timur tengah itu.



"Prancis di kenal Sorbone, Amerika dengan Havard, Inggris dengan Cambridge. Semoga KH Abdul Chalim bisa jadi dikenal dunia. Yang juga notabenya sebagai salah satu pendiri NU dan penghargaan njenengan bisa jadi motivasi," pungkas pria yang juga guru besar kampus UINSA ini. (Red)

Bagikan:

Komentar