|
Menu Close Menu

Soal Pernyataan Gus Yaqut, Begini Penjelasan Akademisi

Jumat, 25 Februari 2022 | 13.17 WIB

Masmuni Mahatma, Dosen Filsafat UIN SGD Bandung. (Dok/Istimewa). 

Lensajatim.id, Bandung- Saat ini masyarakat banyak yang sedang memperbincangkan pernyataan Menteri Agama RI, H Yaqut Cholil Qoumas, yang dinilai menimbulkan kontroversi. Hal itu akhirnya mendapatkan respon dari banyak pihak. 


Salah satunya, akademisi dari UIN SGD Bandung ikut memberikan tanggapan."  Allah Maha Indah, dan sangat mencintai keindahan. Tapi Allah juga pemberi dan penjamin keteduhan," tutur Masmuni Mahatma, Dosen Filsafat UIN SGD Bandung, lewat keterangan tertulis yang diterima redaksi. Jumat, (25/02/2022). 


Untuk itu, lanjut Masmuni, apapun ritme dan irama religiusitas  sebagai hamba harus meneduhkan. " Teduh bukan hanya untuk diri, melainkan juga buat orang lain. Tak semua orang suka "keras" atau "kalem" terkait pembunyian simbol-simbol keagamaan, merupakan fakta. Ada selera tersendiri yang perlu saling dimaklumi dan ditempatkan secara humanistik," tegas Masmuni.


Akademisi kelahiran Sumenep Madura ini menambahkan, Pemviralan statemen Gus Yaqut, ditambah SE 05 Th 2022-nya, mesti dibaca dalam perspektif keindahan dan keteduhan dalam kelangsungan religiusitas. " Sebab Allah, akan sangat senang kalau disentuh, dijumpai, dan dipeluk penuh kehangatan secara personal," tutur Masmuni.


"Bahwa diperlukan pengaturan terkait salah satu media syiar, yakni toa, di masjid dan musolla, kembalikan lagi terhadap artistika religiusitas atau spiritualitas. Kekhusyu'an dalam salat, misalnya, itu juga personal. Adalah elok kalau kita cermati dan tempatkan simbol-simbol religius itu dalam keindahan dan keteduhan. Dan, akan berbeda jika terus diintip untuk ditebarkan berbalut prasangka, kebencian, dan parsialisme. Menjadi toleran, memang tak pernah muda. Harus dimulai dari diri sendiri. "Ibda' binafsika.Bahkan kata guru sufi, "man 'arafa nafasahu faqad 'arafa rabbahu," tutup Masmuni dalam percakapan ringannya. (Red).

Bagikan:

Komentar