|
Menu Close Menu

Silaturahmi Idul Fitri, Cara Menggapai Kebahagiaan Diri

Minggu, 01 Mei 2022 | 16.45 WIB



Oleh : Dr. Lia Istifhama, M.E.I 


Lensajatim.id, Opini- Jelang 1 Syawal 1443 Hijriyah, tentu kita pun mulai disibukkan dengan rencana agenda bersilaturahmi bersama keluarga maupun sahabat. Istilah yang sering disebut sebagai identitas silaturahmi adalah halal bi halal. 


Halal bi halal sendiri, telah dijelaskan dalam sejarah, bahwa istilah tersebut dicetuskan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai bentuk mendamaikan para elite politik yang kerap berselisih paham pasca kemerdekaan tahun 1945 silam. 


Saat itu, salah satu pendiri Nahdatul Ulama tersebut berkata pada Presiden Soekarno: “Para elite politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling curiga dan saling menyalahkan. Padahal saling menyalahkan itu dosa. Dan dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah “halal bi halal”. 


Subhanallah, bukan? Bahwa istilah tersebut untuk menghalalkan sikap manusia yang kerap berselisih pendapat dan sulit menerima perbedaan pendapat. Maka disinilah konteks sejati silaturahmi seyogyanya kita pahami sebagai ikhtiar kebersamaan dan persatuan.


Dijelaskan dalam sebuah hadis:

سيلاتوراهميتَزِيْدُ فِي الْعُمْرِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِ (رواه القضاعي عن ابن مسعود)


“Silaturrahim itu menambah umur, dan sedekah itu memadamkan murka Tuhan.” (HR. Qudha’i dari Ibnu Mas’ud, Kitab Al-Jami’us Shaghier, hadis nomor 5002).


Momentum silaturahmi, momentum penguatan ikatan persaudaraan, telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW tatkala mempersaudarakan sahabat Anshar Madinah dengan Muhajirin Makkah pada 12 Ramadhan tahun pertama setelah hijrah. Ikatan saudara kedua kaum semakin kuat tatkala mereka menghadapi kaum kafir dalam perang Khandaq.


Dalam kehidupan di masa sekarang, seyogyanya potret persaudaraan yang telah dicontohkan oleh kaum Anshar dan Muhajirin pun, harus terbangun oleh kita. Pentingnya membangun persaudaraan merupakan semangat penguatan ukhuwah Islamiyyah. 


Dalam Islam, dijelaskan bahwa konsep dasar sikap Ukhuwwah Islamiyah adalah internalisasi diri bahwa sesama orang mu’min bagaikan anggota tubuh.


(*Penulis Wakil Sekretaris MUI Jawa Timur sekaligus Ketua Perempuan Tani HKTI Jawa Timur 

Bagikan:

Komentar