|
Menu Close Menu

Wabah PMK Serang Hewan Ternak di Jatim, PPDS Minta Disnak Ambil Langkah Cepat

Minggu, 08 Mei 2022 | 17.25 WIB

Muthowif, Ketua Paguyuban Pedagang Daging Segar (PPDS) Provinsi Jawa Timur. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id,  Surabaya-  Memasuki bulan Shawal 1443 H kalangan peternak sapi dan kerbau di empat kabupaten meliputi Kab Gresik, Kab Lamongan, Kab Sidoarjo dan Kab Mojokerto resah karena terserang wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang telah menyerang sekitar 1.247 ekor hewan ternak.


Menurut Muthowif, Ketua Paguyuban Pedagang Daging Segar (PPDS) Jawa Timur masuknya PMK ke Jawa Timur itu berawal dari daging kerbau eks-import yang masuk ke Jawa Timur sejak tahun 2016 silam.


“Walaupun pemerintah melarang masuk ke Jatim, faktanya daging kerbau eks-import masuk dan diperjualbelikan secara bebas. Sejak tahun 2016 kami (PPSDS-Jatim), telah melakukan penolakan tehadap masuknya daging eks-import kerbau ke Indonesia secara umum, dan secara khusus di Jatim,” jelas pria yang akrab disapa Thowif saat dikonfirmasi media. Minggu, (08/05/2022).


Maka dari itu, kalau benar ditemukan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang sebanyak 1.247 ekor ternak sapi dan kerbau di Jawa Timur, kata Thowif tentu Jawa Timur akan mengalami kerugian besar, baik secara ekonomi maupun kesehatan hewan.


“Yang kami maksud dengan kerugian secara ekonomi itu kerugian yang menimpa para peternak di Jatim? Sedangkan kerugian secara kesehatan hewan adalah anggaran yang akan dikeluarkan oleh pihak terkait dalam mensterilkan wilayah yang terkena PMK,” jelasnya.


Ia berharap Pemprov Jatim segera melakukan tindakan konkrit untuk memusnahkan atau melarang masuknya daging kerbau eks-import di wilayah Jatim. Sebab, Jatim wa pada tahun 1990 baru dinyatakan bebas PMK oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE).

PPDS Jatim merekomendasi kepada Pemprov Jatim melalui Dinas Petenakan harus secara cepat melakukan tindakan tracing terhadap sapi-sapi yang positif PMK untuk di karantina dengan diberi perawatan dengan sungguh-sungguh.


“Kalau tidak ada tindakan tersebut dengan sungguh-sungguh, kami khawatir wabah PMK melebar kemana-mana, karena sapi positif PMK sengaja dijual atau dipindahkan ke wilayah yang belum terjangkit wabah PMK,” tegas Thowif.


Selain itu, PPDS juga meminta Pemprov Jatim membuat larangan sapi-sapi yang positif PMK dilarang dibawa keluar desa atau keluar dari kabupaten. Hal tersebut untuk mengantisipasi melebarnya PMK di Jatim.


“PMK memang tidak menular ke manusia, tapi dengan cepat menular ke sesama hewan, karena sampai tadi sore info yang kamu terima banyak sapi yang pindah lokasi dan dipotong di RPH. Kalau sapi yang positif langsung dipotong mungkin tidak terjadi menular, tapi jika sapi-sapi yang positif PMK dibeli dan diobati, maka PMK akan menular dengan cepat,” pungkasnya. (Red).

Bagikan:

Komentar