|
Menu Close Menu

Anak Muda Harus Percaya Diri

Selasa, 28 Juni 2022 | 18.56 WIB

Leadership and Entrepreneurship School (LES) di Desa Baderan, Sumbermalang oleh Mara Marda Institute. (Dok/Istimewa). 

Lensajatim.id, Situbondo- Mara Marda Institute (MMI) melanjutkan kegiatan Leadership and Entrepreneurship School (LES) di Desa Baderan, Sumbermalang, pada Senin (27/6). Mengusung tajuk “Bigger Together”, MMI mengajak anak muda peserta LES MMI untuk membangun mentalitas baja.


“Modal pertama yang diperlukan anak muda adalah kepercayaan diri. Percaya bahwa setiap kita memiliki kemampuan. Dan, hari ini kita akan belajar membangun rasa percaya diri dan memaksimalkan kemampuan,” ujar Rio Prayogo, Pembina MMI.


Rio juga menyampaikan bahwa setiap pemuda memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Penentunya terletak pada langkah yang diambil.


“Untuk itu jangan pernah berhenti melangkah karena tidak ada yang tahu langkah selanjutnya itu justru awal kesuksesan kita. Dan setiap langkah mereka akan menentukan hasil mereka ke depan,” jelas Rio.


Selain itu, Rio pun menyebut bahwa MMI hadir salah satunya untuk mendampingi masyarakat terutama para pemuda untuk mewujudkan masa depan yang cerah.


“Mari saling bersinergi untuk menyusun mimpi-mimpi besar. Mara Marda Institute akan terus mendukung setiap langkah pemuda untuk mewujudkannya,” tambahnya.


Sementara itu Kepala Desa Baderan, Ruslan Joni, berharap dengan adanya kegiatan LES ini, para pemuda Desa bisa mulai sadar akan potensi dan peluang yang dimiliki, terutama potensi alamnya.


Potensi alam yang dimiliki Desa Baderan sangat istimewa lantaran memiliki panorama puncak Gunung Argopuro. “Selain itu, terdapat pula produk unggulan berupa kopi arabika yang diolah secara tradisional di pondok kopi Baderan,” kata Ruslan Joni.


Sebagai suntikan semangat, Ruslan Joni juga menceritakan napak tilas kehidupannya hingga menjadi orang nomor satu di desanya. Sebuah kehidupan yang penuh lika-liku dan dinamis, mulai dari perjalanannya menempuh pendidikan SD, SMP, hingga masuk SMA favorit.


Awalnya ia insecure dan tidak percaya diri melihat teman-temannya yang berasal dari kota. Sedangkan Ruslan hanyalah orang pegunungan yang dengan beraninya bersekolah di sekolah favorit.


“Lambat laun saya mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan sukses yang sama, hanya saja mungkin jalannnya saja yang berbeda,” jelas Joni.


Tidak berhenti di sini saja, perjalanan pendidikan Ruslan bahkan sempat di-drop out dari sekolahnya. Pada satu kesempatan, ia kedapatan menjebak gurunya dengan memberi daun biyeh (yang bisa membuat gatal). Berkat insiden itu, ia pindah ke sekolah MA yang basicnya pesantren. 


Pasca lulus sekolah menengah, Ruslan kemudian bekerja menjadi pejabat desa yang gajinya hanya Rp 60.000. Ksempatan tersebut berlangsung lurang lebih selama 8 tahun.


Setelah itu, ia naik pangkat menjadi sekretaris desa sebelum kemudian terpilih menjadi kepala desa dengan modal nekat dan belajar. (Yus).

Bagikan:

Komentar