|
Menu Close Menu

Pak Bupati Sumenep "Ketinggalan Kereta"

Sabtu, 18 Maret 2023 | 15.33 WIB

Gambar Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, di salah satu ruas jalan. (Dok/Facebook. A. Dardiri Zubairi).

Lensajatim.id, Opini-Seminggu lalu saat saya ke IAIN Madura  Pamekasan untuk bertemu dengan teman kuliah dulu, saya melihat gambar Pak Bupati Fauzi terpancang di pepohonan sepanjang jalan Sumenep - Pamekasan. Setiap kurang lebih 100 meter gambar Pak Bupati nongol dengan background tokoh nasional atau sendiri. 


Secara semiotis gambar ini menarik dikaji. Bukan sekedar tokoh nasional yang menjadi backgroundnya, sampai pilihan warna dan kontennya juga tak kalah menariknya "dilucuti". Tetapi yang jelas, gambar ini menjadi penanda pemilu sudah diambang mata. Di sinilah konteksnya. Jadi soal warna, background tokoh nasional, hingga kontennya harus dirujukkan ke konteks "pemilu makin dekat" ini. 


Pak Fauzi sebagaimana kita tahu politisi dari partai PDIP, partai yang menguasai republik ini sebagai pemenang pemilu 10 tahun terakhir. Di Sumenep dengan sokongan Politisi Nasional, Said Abdulllah, partai ini meski tidak menguasai parlemen tapi mampu menempatkan kadernya sebagai orang nomer satu. Ini hasil penantian 5 tahun setelah "dikondektorkan" sebagai Wakil Bupati pada periode terakhir kepemimpinan Kiai Busyro. What's Smart game. Satu kenyataan yang diparodikan oleh banyak teman sebagai kemenangan "politik semangka" (kulit hijau, isi merah). 


Menarik, jika kita melihat gambar pak Bupati, pilihan warnanya juga banyak yang merah dan hijau (malah nyaris sepanjang jalan warna gambar nyaris semua hijau). Ini bukan kebetulan menurut saya. Secara semiotis, gambar ini ingin menunjukkan bahwa basis politik pak Bupati tidak melulu merah, tapi juga hijau. Karena itu yang (merasa) hijau seolah terwakili. Pilihan warna ini dengan demikian, dilakukan dengan sadar sebagai endapan percaya diri karena telah sukses memainkan politik semangka. 


Lalu soal konten? Baiklah kita baca salah satu teks yang ada dalam gambar Pak Bupati. Begini bunyinya, "Kareta Api Kaanggui Masyarakat Madureh sajen sejahtera". Ada lagi "Adukung usahana Achmad Fauzi mabede Kareta Api pole", dan ada banyak teks lain yang poinnya kira-kira mau bilang usaha reaktivasi Kereta Api merupakan ide orisinil Pak Bupati dan reaktivasi Kereta Api ini untuk kesejahteraan masyarakat Madura. Wuih...dahsyat bukan? 


Tapi ijinkan saya mengatakan, sebenarnya tak begitu  penting isi konten bagi politisi. Apakah teks merepresentasikan makna teks, itu soal lain. Bagi politisi yang penting efeknya, daya pukaunya. Teks dikemas, dianyam, dipilin dan dihadirkan untuk kehendak memukau. Dalam pukauan atau ketakjuban terhadap teks diharapkan kesadaran kritis yang membacanya tak muncul. Jadi dalam konteks ini gak jauh beda dengan iklan. 


Sekedar pembanding, ide ini sebenarnya bukan muncul dari pak Bupati. Gagasan reaktivasi kereta api sebenarnya sudah digagas oleh tokoh agama pada tahun 2021 sebagai counter terhadap rencana pembangunan jalan tol Bangkalan - Sumenep di jalur pantai selatan. Dari pada bangun tol mending kereta api direaktivasi lagi. Jadi dari sisi ide, sebenarnya PAK BUPATI "KETINGGALAN KERETA"


Tapi kalau boleh milih, dua-duanya gak usah dibangun. Sudahlah jalur transportasi yang ada sekarang sudah cukup. Tak perlu ditambah. Jika tol dibangun atau kereta api direaktivasi, berapa banyak orang kehilangan usahanya di jalur transportasi saat ini? Masih belum cukup malapetaka Kamal yang menjadi kota mati dimana pedagang kecil yang menjajakan nasi bungkus, salak,  telur asin, dll tak lagi terlihat paska beroperasinya jembatan Suramadu? 


Terakhir soal tokoh nasional yang menjadi background Pak Bupati seperti presiden RI dan Menkeu Sri Mulyani tak perlu diulas. Yang penting diulas tokoh nasional yang berasal dari Sumenep yaitu HM Said Abdullah. Karena beliaulah sebagai "The King Maker" dari segenap hajat politik utamanya di Sumenep, dibantu oleh tehnokrat yang setia mengabdi padanya. Hampir semua kekuatan politik berada dalam bayang-bayangnya, bahkan hingga kekuatan politik di desa. Di samping politisi, beliau juga pengusaha. Di Sumenep  bisnisnya sudah mulai menggeliat. 


Dialah tokoh di balik naiknya Pak Fauzi sebagai Bupati setelah 5 tahun sebelumnya menjadi Wakil Bupati dalam pemerintahan KH. Busyro Kariem. Jadi sangat wajar jika Pak Bupati menempatkannya sebagai background dalam gambar baliho mini yang terpampang di jalan raya. Gambar itu seakan ingin mengungkap, panggung depan sangat ditentukan oleh desain di panggung belakang. 


Entahlah 2024, siapa yang akan mendampingi Pak Fauzi sebagai calon Bupati periode ke 2? Dengar kasak-kusuk akan merangkul PKB lagi? Atau Pak Fauzi mau dititipkan sebagai cawagub, seiring massifnya beliau memperkenalkan diri dalam akun berbayar di media sosial kepada masyarakat Jawa Timur?


Sudahlah, gak usah banyak mikir. Toh kondisi kita sebagai rakyat tetap-tetap saja. Jangan memberikan kepercayaan 💯% terhadap janji politisi kalau Anda tidak mau kecewa. 


Salam


A. Dardiri Zubairi 

(Sumber : Akun Facebook A. Dardiri Zubairi)

Bagikan:

Komentar