|
Menu Close Menu

April, Bulan Kelahiran GP Ansor

Minggu, 16 April 2023 | 16.00 WIB




Oleh: Mochammad Hisan 

(Kader Ansor Lumajang)



Lensajatim.id, Opini- Beberapa hari ini, group-group media sosial (whatsapp, facebook, Instagram dll) yang saya ikuti diramaikan dengan ucapan menjelang hari lahirnya Gerakan Pemuda Ansor atau lebih dikenal dengan nama GP Ansor. Modelnya-pun sangat variatif, ada yang menggunakan aplikasi instan seperti twibbon untuk mempermudah kader dan para simpatisan GP Ansor untuk merayakan hari lahir GP Ansor. Langkahnya tergolong sangat mudah sekali, kita tinggal memilih foto yang disukai sesuai gaya kita, memasukkan ke desain yang sudah tersedia dan kemudian mendownloadnya, otomatis sudah jadi flayer ucapan. Ada juga yang membuat secara mandiri dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang bisa ditemukan dan didownload dengan mudah di smartphone (telepon pintar) seperti aplikasi sejenis Canva dan lain sebagainya. Selain dengan ucapan flayer, ada juga yang menyambut hari menjelang kelahiran GP Ansor dengan kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan trilogi (penolong, pejuang dan pelopor) nilai-nilai dasar Gerakan pemuda Ansor baik dalam ke-Islaman maupun kebangsaan misalnya seperti kegiatan Tasyakkuran dan Santunan Yatim yang dilaksanakan oleh PC GP Ansor Gresik pada hari kamis, 13/4/2023 sebagaimana diberitakan NuGres.


Mengekspresikan penyambutan kelahiran GP Ansor dengan bentuk apapun dan dimanapun menurut saya tidak ada masalah, yang terpenting masih dalam koridor mencintai GP Ansor. Kenapa mesti dalam koridor mencintai? Ya karena kita kader-kader muda NU, kita bangsa Indonesia. Lantas apa hubungannya GP Ansor dengan NU dan apa juga hubungannya GP Ansor dengan Indonesia..?


Pertama kita sudah mafhum bahwa GP Ansor adalah organisasi kepemudaan yang kelahiran dan pendiriannya tidak bisa dilepaskan dari sosok KH. Wahab Chasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama. Ceritanya, konon diinternal Nahdlatul Wathan (NW), organisasi keagamaan yang bergerak dibidang Pendidikan Islam, Pembinaan Da’i (muballigh) dan kaderisasi mengalami ikhtilaf pemikiran, KH. Wahab Chasbullah sebagai represetasi kelompok Islam tradisionalis dengan KH. Mas Mansur -representasi Islam Modernis, yang akhirnya berujung pada perbedaan arah Gerakan. Selisih 2 (dua) tahun dari ikhtilaf dua tokoh bangsa itu, tepatnya tahun 1924, para pemuda yang sepakat dengan jalur pemikiran Kyai Wahab Chasbullah dikonsolidasi, diorganisir dalam wadah Syubbanul Wathon (Pemuda Tanah Air). Konon, organisasi inilah yang menjadi cikal bakal kelahiran dan berdirinya GP Ansor yang sebelumnya dikenal dengan nama Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU) dan akhirnya berubah nama menjadi Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO) yang secara resmi diakui menjadi bagian (departemen) Pemuda NU pada Mukhtamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 24 April 1934 atau bertepatan dengan tanggal 10 Muharram 1353 H. Choirul Anam, dalam bukunya KH. Abdul Wahab Chasbullah; Hidup dan Perjuangannya menjelaskan penamaan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO) tidak terlepas dari gagasan dan ide Kyai Wahab Chasbullah untuk mengambil hikmah sahabat “ansor”, para sahabat yang memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad saat hijrah dari mekkah. Kyai Wahab mengharapkan keberadaan ansor bisa menjadi penolong, pejuang, pelopor, menjaga Islan dan memelihara ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. 


Kemudian, pada 14 Desember 1949 dilangsungkan pertemuan di Kantor PB Anshor NO, Jl. Bubutan VI/2 Surabaya yang dihadiri Menteri Agama RIS, KH. Abdul Wahid Hasyim dan pada saat itu juga disepakati perubahan nama dari yang semula ANO menjadi Gerakan Pemuda Anshor.


Kedua GP Ansor lahir, berkembang dan besar di dasari dengan semangat Ke-Islaman, Kebangsaan, epos kepahlawanan, perjuangan dan pembebasan. Karenanya kita tidak perlu heran bila menemukan kader-kader Ansor berjuang mempertahankan Indonesia sampai titik darah terakhir. Banyak kisah-kisah herois bagaimana pemuda-pemuda Ansor berada di garda terdepan dalam mempertahan dan merawat Indonesia, negara yang kita cinta ini. Kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol. Demikian juga, saat Indonesia diguncang dengan gerakan radikalisasi agama yang mengancam keberagaman Indonesia, kader-kader Ansor berdiri didepan tempat-tempat ibadah untuk memberikan rasa aman, rasa nyaman bagi umat beragama untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kisah hero riyanto, kader banser Ansor Mojokerto yang- harus bertaruh dengan nyawa, menghadapi ledakan bom saat bertugas memberi rasa aman umat kristiani di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur pada 24 Desember 2000.  Upaya fasilitasi Cak Thoriq, Satkoorcab Banser Lumajang untuk menjamin kenyamanan peribadatan umat kristiani di tempeh tengah Lumajang dengan tidak menyinggung umat.


 Islam karena pembangunan dua tempat ibadah sama-sama difasilitasi APBD adalah bagian dari kisah-hebat kader Ansor, Banser menjaga, merawat dan mencintai Indonesia dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ke-Islaman. 


Akhirnya, Selamat berharlah yang ke-89 Gerakan Pemuda Ansor, teruslah bergerak untuk menjaga, merawat Indonesia. Dengan menjaga dan merawat, Indonesia akan tumbuh menjadi negara digdaya. 

Semogaaaa

Bagikan:

Komentar