|
Menu Close Menu

Anggota DPD RI Ning Lia Soroti Pengelolaan Migas di Madura

Minggu, 26 Oktober 2025 | 00.05 WIB

Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) asal Jawa Timur, Lia Istifhama, angkat suara terkait kisruh pengelolaan minyak dan gas (migas) di sejumlah wilayah Madura. Ia menilai semangat pengelolaan migas untuk kemakmuran rakyat kini mulai ternoda oleh ulah segelintir oknum yang memelintir fakta di lapangan.


Dalam keterangannya, Sabtu (25/10/2025), perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu mengatakan, masyarakat di kawasan Camplong, Ketapang, Sokobanah, hingga Banyuates, sebenarnya tidak menolak kehadiran proyek migas. Namun, mereka menolak praktik manipulatif yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang menunggangi nama pembangunan.


“Yang bikin gaduh bukan proyeknya, tapi oknum yang memelintir fakta. Mereka seolah jadi jembatan, padahal hanya mencari keuntungan sendiri,” ujar Ning Lia dengan nada tegas namun empatik.


Ia menjelaskan, banyak warga mengeluh karena tidak mendapat informasi yang utuh terkait kegiatan hulu migas di daerah mereka. Sosialisasi memang dilakukan, tetapi penjelasan mengenai isi, manfaat, serta dampak proyek terhadap masyarakat dinilai masih minim.


Kondisi tersebut, lanjutnya, membuat masyarakat mudah terprovokasi oleh isu-isu liar yang berkembang di lapangan. Akibatnya, hubungan antara warga dan pihak pelaksana kegiatan migas menjadi renggang.


“Pemerintah dan SKK Migas harus memperkuat edukasi publik. Jangan biarkan masyarakat dibiarkan bingung dan dijadikan objek permainan,” tegas Ning Lia.


Sementara itu, perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) menegaskan bahwa seluruh kegiatan migas di Madura dijalankan untuk kepentingan bangsa.


“Kami hadir untuk mengelola energi negara, bukan untuk menguasai rakyat. Semua kegiatan harus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar,” ujarnya, seperti dikutip dari Purnamanews.


Namun, idealisme pengelolaan energi tersebut kerap terhambat oleh ulah pihak ketiga di lapangan. Oknum tertentu justru memperkeruh suasana dengan menyebarkan narasi sesat bahwa proyek migas hanya menguntungkan investor.


Seorang tokoh masyarakat di Banyuates juga mengingatkan agar warga tidak mudah diadu domba.


“Warga jangan mau diadu. Migas itu milik bangsa, bukan milik segelintir orang. Kalau ada yang menutup informasi atau memanfaatkan situasi, berarti ada yang disembunyikan,” tegasnya.


Menutup pernyataannya, Ning Lia kembali menekankan bahwa kekayaan alam Madura semestinya menjadi sumber kesejahteraan rakyat, bukan sumber konflik.


“Tanah Madura ini kaya energi. Tapi kekayaan itu baru bisa jadi berkah kalau dikelola dengan niat baik, transparansi, dan keberpihakan pada rakyat, bukan segelintir elit,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar