|
Menu Close Menu

Ketum IKBAL TABAH Desak Cabut Izin Siar Trans7: Tayangan Xpose Dinilai Merendahkan Kiai dan Pesantren

Kamis, 16 Oktober 2025 | 12.31 WIB

Gus Anas Thoha, Ketua Umum IKBAL TABAH.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Lamongan– Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Alumni Tarbiyatut Tholabah (IKBAL TABAH), Gus Anas Thoha, menyampaikan kecaman keras terhadap tayangan program Xpose Uncensored yang disiarkan Trans7 pada Senin (13/10). Ia menilai, program tersebut tidak hanya menyudutkan dunia pesantren, tetapi juga merendahkan martabat kiai sebagai figur spiritual dan penjaga moral bangsa.


“Tayangan itu sangat tidak etis dan tidak memiliki sensitivitas terhadap nilai-nilai sosial, budaya, serta keagamaan,” tegas Gus Anas Thoha dalam keterangan resminya, Kamis (15/10/2025).


Menurutnya, potongan visual dan narasi yang disajikan secara sepihak dalam tayangan tersebut menciptakan persepsi negatif terhadap pesantren, lembaga yang selama ini berperan penting dalam membangun karakter dan moral bangsa. Ia menilai, kesalahan itu bukan sekadar persoalan teknis editorial, tetapi merupakan bentuk distorsi akademis dan sosial terhadap realitas dunia pesantren.


“Dalam perspektif akademik, media semestinya menjalankan fungsi kontrol sosial dengan menjunjung tinggi asas verifikasi, proporsionalitas, dan tanggung jawab moral. Tayangan yang bersifat tendensius justru memperkuat stigma dan merusak kepercayaan publik terhadap lembaga keagamaan,” jelas alumni UINSA Surabaya tersebut.


Lebih lanjut, Gus Anas menegaskan bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter dan peradaban bangsa. Karena itu, ia menilai bahwa pemberitaan tentang pesantren harus dilakukan secara berimbang dan berbasis riset, bukan sekadar mencari sensasi atau meningkatkan rating.


“Pesantren adalah benteng nilai, bukan komoditas media. Kami mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk memberikan sanksi tegas dan mempertimbangkan pencabutan izin siar Trans7 apabila terbukti melanggar etika penyiaran,” ujarnya dengan nada tegas.


Selain itu, IKBAL TABAH juga menyerukan agar seluruh insan media menjadikan insiden ini sebagai refleksi moral dan profesionalisme dalam menjalankan fungsi pers.


“Pers adalah pilar demokrasi, bukan instrumen provokasi. Jika media kehilangan objektivitas, maka masyarakat akan kehilangan arah informasi yang sehat,” tandasnya.


Gus Anas berharap, ke depan media nasional lebih berhati-hati dalam menayangkan konten yang berkaitan dengan simbol-simbol keagamaan dan lembaga pendidikan Islam.


“Kami tidak anti kritik, tetapi kritik harus berbasis data dan disampaikan dengan penghormatan terhadap nilai. Mari jadikan media sebagai sarana edukasi, bukan provokasi,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar