|
Menu Close Menu

Pemkot Malang dan Malang Autism Center Perkuat Sinergi: Wujudkan Kota Ramah Autisme dan Inklusif bagi Semua

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 13.27 WIB

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat Founder sekaligus CEO MAC, Muhammad Cahyadi, dan Komisaris Independen di Bank Mandiri, Mia Amiati, membuka Malang Autism Colors 2025 di Malang Creative Center (MMC). (Dok/Ali Masduki/RLD).
Lensajatim.id, Malang— Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menegaskan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dengan Malang Autism Center (MAC) dalam mendukung anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya penyandang autisme.


Komitmen itu disampaikan langsung oleh Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat membuka kegiatan Malang Autism Colors 2025 di Malang Creative Center (MCC), Sabtu (25/10/2025). Acara tersebut juga dihadiri oleh Founder sekaligus CEO MAC, Mohammad Cahyadi, serta Komisaris Independen Bank Mandiri, Mia Amiati.


“Kami sangat mengapresiasi kegiatan Malang Autism Center ini. Ada anak-anak surga yang memang harus kita fasilitasi dengan baik. Alhamdulillah, MCC menjadi tempat luar biasa untuk membimbing dan mengarahkan mereka,” ujar Wahyu Hidayat.


Ia menegaskan, Pemkot Malang siap membuka ruang kolaborasi yang lebih luas dan memfasilitasi berbagai program pendidikan, pelatihan, serta penyaluran kerja bagi anak-anak autis dan penyandang disabilitas lainnya.


Wahyu juga memastikan bahwa fasilitas MCC dapat digunakan secara gratis oleh komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang pendampingan anak disabilitas.


“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak MCC agar fasilitas ini bisa dimanfaatkan secara cuma-cuma untuk kegiatan pembinaan anak-anak istimewa,” ujarnya.


Lebih lanjut, Wahyu menekankan pentingnya tanggung jawab moral pemerintah dan dunia usaha untuk memberikan kesempatan yang setara bagi penyandang disabilitas.


“Ada kewajiban dari pemerintah dan perusahaan untuk memberikan ruang. Kami akan terus melatih keterampilan dan memfasilitasi mereka agar bisa berperan di dunia kerja,” tegasnya.


Kota Malang sebelumnya telah menerima penghargaan Kota Ramah Anak dan Ramah Disabilitas kategori Nindya dari pemerintah pusat. Namun, menurut Wahyu, penghargaan itu bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari upaya panjang untuk memperkuat layanan inklusif.


“Kita masih punya banyak pekerjaan rumah. Tapi penghargaan ini menjadi pengingat bahwa kita berada di jalur yang benar. Kami akan terus dampingi anak-anak istimewa agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai potensinya,” tuturnya.


Dalam rangka memperkuat layanan inklusi, Pemkot Malang juga menggandeng psikiater, akademisi, dan tenaga pendidik dari berbagai perguruan tinggi untuk melakukan pendataan serta pendampingan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.


“Kami ingin membangun kolaborasi yang kuat antara sekolah, tenaga pendidik, dan ahli psikologi agar pendampingan bisa berjalan menyeluruh,” jelas Wahyu.


Sejumlah sekolah di Kota Malang bahkan telah meraih Smart City Award berkat keberhasilan mereka menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi anak-anak autis, di antaranya melalui kelas memasak dan program pemeliharaan ikan yang mendorong sosialisasi serta kemandirian siswa.


Data dari Dinas Sosial Kota Malang menunjukkan, terdapat hampir 2.000 penyandang disabilitas yang tinggal di luar panti. Sebagian besar telah mendapat pendampingan dari lembaga sosial dan yayasan yang fokus pada pengembangan kemandirian anak autis.


Wahyu menegaskan, pihaknya akan terus memperkuat kerja sama lintas sektor dengan Malang Autism Center dan pihak swasta untuk mewujudkan Malang sebagai kota yang inklusif dan ramah bagi anak-anak autisme.


“Ke depan, kami ingin Malang menjadi kota yang benar-benar ramah bagi semua, termasuk bagi anak-anak dengan autisme. Kami siap bersinergi untuk mewujudkan itu,” ungkapnya.


Sementara itu, Founder dan CEO Malang Autism Center, Mohammad Cahyadi, menyambut baik dukungan dari Pemkot Malang. Ia menilai kegiatan Malang Autism Colors 2025 menjadi momentum penting untuk memperluas kolaborasi nyata antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas autisme.


“Kegiatan ini sangat men-trigger kami di MAC untuk segera menyusun proposal tindak lanjut. Kami berencana mengajukan dukungan kepada Pemkot Malang untuk menghadirkan sekolah inklusi khusus anak-anak autisme,” kata Cahyadi.


Menurutnya, Malang berpotensi besar menjadi pionir pendidikan inklusif berbasis autisme di Jawa Timur.


“Kami ingin agar sekolah ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga ruang tumbuh dan berdaya bagi anak-anak autisme,” tambahnya.


Cahyadi menegaskan, pendidikan inklusif sejati harus mengedepankan empati, kesetaraan, dan kesempatan yang setara bagi semua anak.


“Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi tentang memberi ruang bagi mereka untuk berkembang dan berkontribusi,” pungkasnya.



Kegiatan Malang Autism Colors 2025 yang digelar pada 25–26 Oktober 2025 di Malang Creative Center ini menjadi bagian dari perayaan satu dekade Malang Autism Center (MAC).


Acara tersebut dimeriahkan dengan pameran karya, pertunjukan seni, seminar edukatif, dan berbagai aktivitas interaktif yang mengangkat semangat “Kolaborasi untuk Inklusi.”


Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan semakin memahami dan menerima individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), serta berperan aktif dalam menciptakan lingkungan sosial yang inklusif dan berkeadilan bagi semua. (Red) 

Bagikan:

Komentar