![]() |
| Ridwan Hisyam, Politisi Senior Partai Golkar. (Dok/Jernih.co) |
Politisi senior Partai Golkar, Ridwan Hisyam, menilai sudah waktunya bangsa Indonesia menilai sosok Soeharto secara objektif dan proporsional.
“Saya ini aktivis 77–78, salah satu mahasiswa yang dulu meminta Pak Harto mundur. Tapi setelah saya masuk ke sistem, saya melihat negara ini banyak terbantu oleh kepemimpinan beliau yang tegas,” ujar Ridwan saat diwawancarai, Minggu (26/10/2025).
Menurut Ridwan, setelah 30 tahun reformasi, Indonesia justru menghadapi banyak tantangan baru dalam tata kelola pemerintahan dan ekonomi.
“Reformasi sudah lama, tapi masalah makin banyak. Dulu zaman Pak Harto, pembangunan nyata, ada stabilitas dan kedisiplinan,” lanjutnya.
Ia menilai jasa besar Soeharto dalam pembangunan nasional tidak bisa dihapus hanya karena kontroversi masa lalu. Banyak kebijakan Orde Baru yang masih menjadi fondasi penting bagi bangsa hingga kini.
“Lihat secara obyektif. Program pertanian, infrastruktur, dan stabilitas politik saat itu jadi pondasi kuat. Banyak rakyat yang merasakan hasilnya,” jelasnya.
Ridwan juga menegaskan, secara hukum tidak ada lagi halangan bagi pengusulan gelar tersebut. TAP MPR No. XI/MPR/1998, yang dulu dianggap sebagai penghalang, telah dicabut pada 2024.
“Tidak ada satu pun keputusan pengadilan yang menyatakan Soeharto bersalah atau korupsi. SKP3 sudah keluar tahun 2006. Jadi, beliau secara hukum bersih,” tegasnya.
Ridwan menutup dengan ajakan agar bangsa Indonesia berdamai dengan sejarah dan menghargai jasa para pemimpin masa lalu.
“Pahlawan bukan berarti tanpa salah, tapi seseorang yang jasanya besar bagi bangsa. Kita perlu adil dalam menilai sejarah,” pungkasnya. (Had)


Komentar