![]() |
| Peresmian Klinik Fisioterapi Patria di Sengkaling, Malang.(Dok/Istimewa). |
Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Budiar Anwar, menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara dunia industri dan lembaga sosial tersebut. Ia menilai hadirnya Klinik Patria menjadi bukti nyata kepedulian terhadap isu inklusi serta pemerataan akses layanan kesehatan.
“Penyandang disabilitas bukanlah mereka yang kurang kemampuan, melainkan individu dengan potensi besar yang seringkali terhalang oleh kurangnya akses dan kesempatan. Klinik ini adalah simbol keadilan sosial dan langkah nyata menuju masyarakat Malang yang lebih inklusif,” ujar Budiar.
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang berkomitmen menghadirkan kebijakan yang memastikan tidak ada warga yang tertinggal dari arus pembangunan, baik di bidang pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan.
“Pembangunan bukan hanya tentang jalan dan jembatan, tetapi juga membangun hati dan membuka peluang bagi semua orang untuk hidup lebih baik,” katanya.
Budiar juga mengajak agar kolaborasi lintas sektor seperti yang diwujudkan di Klinik Patria terus dikembangkan.
“Kemajuan ekonomi dan kepedulian sosial bisa berjalan seiring, saling melengkapi, dan menguatkan. Klinik ini adalah bukti nyata bahwa inklusi dapat diwujudkan bersama,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT UTPE, Etot Listyono, menjelaskan bahwa dukungan terhadap pembangunan Klinik Fisioterapi Patria merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dengan pilar Diversity, Equity, and Inclusivity (DEI).
“PT UTPE memberikan bantuan berupa fasilitas dan peralatan fisioterapi lengkap, mulai dari alat bantu terapi motorik, kursi roda, treadmill, hingga sarana pendukung lainnya. Semua ini untuk mendukung proses pemulihan anak-anak disabilitas,” ujarnya.
Langkah tersebut, lanjut Etot, sejalan dengan semangat UTPE untuk menghadirkan kebermanfaatan sosial yang nyata bagi masyarakat sekitar, terutama bagi kelompok yang membutuhkan perhatian lebih.
Dari sisi mitra pelaksana, Founder dan CEO Malang Autism Center, Mohammad Cahyadi, menyebut pembangunan klinik ini didukung dana CSR senilai ratusan juta rupiah yang diwujudkan dalam bentuk peralatan medis fisioterapi modern.
“Dengan dukungan ini, kami menghadirkan layanan terapi yang berkualitas dan terjangkau, terutama bagi anak-anak disabilitas di Malang,” ucapnya.
Klinik Fisioterapi Patria berdiri di atas lahan seluas 296 meter persegi dengan 13 ruang pelayanan. Terdapat lima tenaga kesehatan, termasuk satu fisioterapis bersertifikat dan empat tenaga muda lulusan baru. Klinik ini mampu melayani hingga 24 anak per hari dan beroperasi selama 8 jam setiap hari, dengan sistem pendaftaran digital melalui laman malangautismcenter.com untuk menghindari antrean panjang.
Untuk menjaga keberlanjutan layanan, biaya terapi ditetapkan Rp35.000 per sesi bagi anak disabilitas dari keluarga tidak mampu (dengan SKTM), serta Rp80.000 per sesi bagi keluarga umum, jauh lebih murah dibandingkan tarif klinik swasta yang bisa mencapai Rp150.000 ke atas.
“Kami ingin memastikan anak-anak disabilitas, terutama dari keluarga prasejahtera, tetap mendapatkan terapi berkualitas tanpa terbebani biaya tinggi. Klinik ini bukan hanya tempat fisioterapi, tetapi juga pusat pembelajaran dan pemberdayaan,” tambah Cahyadi.
Kehadiran Klinik Fisioterapi Patria menjadi respons terhadap masih terbatasnya akses layanan terapi bagi individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), Cerebral Palsy (CP), dan berbagai ragam disabilitas lainnya.
Fasilitas ini diharapkan menjadi jembatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. (Red)


Komentar