|
Menu Close Menu

Di SDN 13 Gresik, Ning Lia Minta Pemerintah Perbaiki Skema Anggaran Pendidikan Inklusi

Rabu, 19 November 2025 | 20.17 WIB

Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat mengunjungi SDN 13 Gresik.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Gresik— Komitmen menghadirkan pendidikan inklusif yang layak bagi seluruh anak berkebutuhan khusus kembali disuarakan Anggota DPD RI, Dr. Lia Istifhama, saat melakukan kunjungan kerja di SDN 13 Gresik, Rabu (19/11). Dalam kesempatan tersebut, senator yang akrab disapa Ning Lia ini menegaskan bahwa inklusivitas pendidikan merupakan tujuan bersama, sementara pemenuhan hak-hak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah kewajiban negara.


Menurutnya, persoalan utama pendidikan inklusi di Indonesia terletak pada ketimpangan dukungan anggaran. Pemerintah selama ini menerapkan skema pendanaan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang berbeda antara Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah inklusi. Padahal, sekolah inklusi menjalankan dua model layanan sekaligus, pendidikan reguler dan pendidikan khusus, yang membutuhkan sumber daya lebih besar.


Situasi itu terlihat nyata di SDN 13 Gresik, sekolah rujukan inklusi di kawasan berpenduduk sekitar 4.000 jiwa. Banyak anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan inklusif, namun sekolah hanya bisa menerima lima siswa ABK baru setiap tahun. “Kenapa hanya lima? Karena keterbatasan anggaran. Ini menjadi problem sosial yang nyata,” ujar Ning Lia, putri tokoh NU Jawa Timur, KH Maskur Hasyim.


Kondisi tersebut membuat sejumlah orang tua kesulitan mencari sekolah alternatif karena jumlah sekolah inklusi di Gresik masih terbatas. Masalah lain yang mencuat adalah penempatan sekolah inklusi yang berbasis wilayah tertentu, bukan berbasis kecamatan. Akibatnya, banyak orang tua harus menempuh jarak hingga 15 kilometer untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah rujukan.


“Bayangkan jika orang tua berasal dari keluarga kurang mampu. Atau jika seorang ibu harus membonceng anak berkebutuhan khusus yang memiliki kondisi tubuh besar atau obesitas. Risiko keselamatannya sangat tinggi,” jelas Ning Lia, yang juga keponakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.


Senator yang dinobatkan sebagai Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai di Jatim versi ARCI 2025 itu menegaskan bahwa kondisi ini tidak boleh menjadi penghalang bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Ia berharap pemerintah pusat memberikan perhatian khusus terhadap penguatan sekolah inklusi.


Dalam kunjungan tersebut, Ning Lia mendorong tiga langkah strategis untuk memperbaiki layanan pendidikan inklusi. Pertama, penambahan anggaran BOS khusus untuk sekolah inklusi. Kedua, alokasi anggaran tambahan bagi sekolah yang menjalankan dua model pendidikan sekaligus. Ketiga, pengembangan sekolah inklusi berbasis kecamatan agar akses pendidikan lebih merata dan mudah dijangkau.


“Sekolah inklusi harus tumbuh secara baik. Mereka telah memberikan pelayanan yang luar biasa bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kini negara perlu hadir lebih kuat untuk memastikan hak pendidikan mereka terpenuhi,” tegas Ning Lia.


Kunjungan ini sekaligus mempertegas posisi Ning Lia sebagai salah satu senator Jatim yang konsisten memperjuangkan isu pendidikan dan kesetaraan layanan bagi seluruh anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. (Had)

Bagikan:

Komentar