|
Menu Close Menu

Merawat Warisan Gus Dur, Haul 2025 Siap Digelar di Taman Bungkul Surabaya dan Terbuka untuk Umum

Kamis, 18 Desember 2025 | 07.50 WIB

Sudarsono Rahman, Wakil Ketua Umum DPP Barikade Gus Dur.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, SurabayaBulan Desember kembali menjadi ruang ingatan kolektif bangsa Indonesia untuk mengenang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Sosok negarawan, ulama, dan pejuang kemanusiaan itu kerap membuat Desember dikenal sebagai “Bulan Gus Dur”, momentum refleksi atas nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan kebangsaan yang diwariskannya.


Peringatan wafat Gus Dur setiap tahun digelar di berbagai daerah dan melibatkan lintas komunitas. Menurut Wakil Ketua Umum DPP Barisan Kader (BariKade) Gus Dur, Sudarsono Rahman atau yang akrab disapa Cak Dar, fenomena tersebut menunjukkan bahwa pemikiran dan keteladanan Gus Dur terus hidup di tengah masyarakat.


“Setiap tahun, Haul Gus Dur tidak hanya dilakukan di satu tempat, tetapi digelar di mana-mana dan di seluruh penjuru Tanah Air oleh berbagai kalangan,” ujar Cak Dar, Kamis (18/12/2025).


Di Jawa Timur, BariKade Gus Dur akan menggelar Haul Gus Dur ke-16 yang dirangkai dengan Tasyakuran Gelar Pahlawan Nasional. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung di Taman Bungkul, Surabaya, Kamis malam (18/12/2025) mulai pukul 19.00 WIB dan terbuka untuk masyarakat umum. Putri Gus Dur, Neng Yenny Wahid, direncanakan turut hadir untuk menyapa masyarakat dan memberikan refleksi kebangsaan.


Rangkaian kegiatan Haul Gus Dur 2025 tidak hanya berlangsung pada malam hari. Sejak pagi, acara telah diawali dengan Khotmil Qur’an yang dipimpin oleh Jamiatul Quro’ wal Huffadz Nahdlatul Ulama (NU). Doa bersama tersebut dipanjatkan untuk keselamatan dan ketenteraman Kota Surabaya, sekaligus sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian bagi saudara-saudara sebangsa yang tengah tertimpa musibah bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.


Cak Dar menegaskan, meski Gus Dur telah wafat 16 tahun lalu, warisan pemikirannya tetap relevan hingga hari ini.


“Secara jasad, Gus Dur memang telah meninggalkan kita. Namun keteladanan, pikiran-pikiran, dan humor segarnya tetap bersama kita dan akan selalu hidup,” tuturnya.


Ia menyebut Gus Dur sebagai sosok humanis sejati yang konsisten menjunjung tinggi martabat dan nilai kemanusiaan. Gus Dur dikenal memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, berkeadaban, dan toleran, sekaligus menjadikan keberagaman sebagai kekuatan bangsa.


Lebih jauh, Gus Dur juga mewariskan cara berpikir kebangsaan yang inklusif, terutama dalam menyikapi perbedaan agama. Bagi Gus Dur, agama harus menjadi sumber pembebasan dan pemanusiaan, bukan alat penaklukan atau pembenaran atas diskriminasi.


“Gus Dur mengajarkan kepada kita cara melihat perbedaan, terutama agama, dalam ruang kebangsaan. Bagi beliau, agama adalah sumber pembebasan, bukan alat penaklukan,” tegas Cak Dar.


Melalui Haul ke-16 ini, BariKade Gus Dur berharap nilai-nilai perjuangan dan pemikiran Gus Dur terus diwariskan kepada generasi muda. Harapan lainnya, akan lahir sosok-sosok baru yang mampu melanjutkan pola pikir, keberanian moral, serta cara pandang Gus Dur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Haul Gus Dur di Taman Bungkul diharapkan menjadi ruang refleksi bersama, sekaligus perjumpaan publik untuk merawat toleransi, kemanusiaan, dan persatuan di tengah keberagaman Indonesia. (Had) 

Bagikan:

Komentar