|
Menu Close Menu

Peringatan HKSN dan Hari Ibu 2025: Pemerintah, Masyarakat, dan Korban Bencana Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 18.05 WIB



Oleh: A. Effendy Choirie

Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS)


Pendahuluan


Lansajatim id, Opini-Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Hari Ibu Tahun 2025 merupakan momentum reflektif sekaligus strategis untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas sosial, dan tanggung jawab negara dalam melindungi segenap warga bangsa. Tahun 2025 menjadi semakin bermakna karena peringatan ini berlangsung di tengah duka dan keprihatinan nasional atas berbagai bencana alam yang melanda wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh. Tragedi kemanusiaan ini menuntut kehadiran negara serta keterlibatan aktif masyarakat dalam semangat gotong royong dan kesetiakawanan sosial.


Makna Strategis HKSN dan Hari Ibu


HKSN menegaskan bahwa kesetiakawanan sosial merupakan fondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai kepedulian, empati, dan solidaritas harus terus dirawat sebagai kekuatan sosial bangsa Indonesia. Sementara itu, Hari Ibu mengandung pesan luhur tentang peran strategis perempuan dan ibu sebagai penjaga kehidupan, pendidik generasi, serta penguat ketahanan keluarga. Dalam konteks kebencanaan, nilai-nilai tersebut menjadi pilar penting dalam proses pemulihan sosial dan kemanusiaan.


Bencana dan Tanggung Jawab Negara


Berbagai bencana yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh menegaskan kembali tanggung jawab konstitusional negara untuk melindungi seluruh warga negara. Penanganan darurat yang cepat, pemenuhan kebutuhan dasar korban, perlindungan kelompok rentan, serta rehabilitasi dan rekonstruksi yang berkeadilan harus menjadi prioritas utama. Negara juga perlu memastikan adanya pendampingan psikososial berkelanjutan agar para korban mampu bangkit dan melanjutkan kehidupan secara bermartabat.


Peran Masyarakat dan Gerakan Solidaritas


Kesetiakawanan sosial menemukan wujud nyatanya melalui peran aktif masyarakat, relawan, organisasi sosial, dan lembaga keagamaan. Gerakan solidaritas ini menjadi kekuatan penting dalam menjangkau korban bencana, terutama di wilayah yang sulit diakses. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat sipil perlu terus diperkuat agar penanganan bencana tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga berorientasi pada penguatan ketahanan sosial komunitas.


Perempuan, Ibu, dan Pemulihan Pascabencana


Perempuan dan ibu seringkali menjadi kelompok yang paling terdampak dalam situasi bencana, namun sekaligus menjadi aktor utama dalam proses pemulihan keluarga dan komunitas. Peran ibu dalam menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga, memberikan dukungan emosional, serta menanamkan nilai ketahanan dan harapan sangatlah vital. Oleh karena itu, kebijakan kebencanaan harus berperspektif gender, inklusif, dan memberikan ruang partisipasi yang lebih besar bagi perempuan dalam proses pemulihan pascabencana.


Rekomendasi Kebijakan dan Agenda Aksi


Ke depan, diperlukan penguatan perlindungan sosial berbasis keluarga, integrasi kebijakan kebencanaan dengan sistem kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan. Partisipasi dunia usaha, organisasi sosial, dan komunitas lokal perlu didorong melalui skema kolaborasi yang berkelanjutan. Selain itu, edukasi dan mitigasi bencana berbasis komunitas harus menjadi agenda prioritas guna meminimalkan risiko dan dampak bencana di masa mendatang.


Penutup


Peringatan HKSN dan Hari Ibu 2025 harus dimaknai sebagai momentum kebangkitan kesadaran kolektif bangsa dalam memperkuat kesetiakawanan sosial. Dengan kehadiran negara yang berpihak pada korban, partisipasi aktif masyarakat, serta penguatan peran perempuan dan ibu, Indonesia dapat bangkit dari bencana secara bermartabat, adil, dan berkelanjutan.


Jakarta, 2025

Bagikan:

Komentar