|
Menu Close Menu

Back Song Harlah NU ke-95

Senin, 01 Februari 2021 | 10.52 WIB



Oleh Moch Eksan


Saya semula awam terhadap Sholawat Nahdliyah. Saya mendengar pertama kali waktu kampanye Pileg 2014. Saya bersama Nyai Hj Jakfaroh Wafi seringkali turun bersama untuk mendulang dukungan dari massa pemilih. 


Di sela-sela acara kampanye, Nyai isteri mendiang KH Muhammad Hasan Mudhar (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Suren) ini, seringkali mengajak jamaah muslimat untuk membaca sholawat bersama. Mantan Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD Jember periode 2014-2019 ini, lazim membaca Sholawat Nahdliyah tersebut. 


Dalam batin saya bertanya, siapa yang menulis Sholawat Nahdliyah yang enak terdengar kala Nyai Jakfaroh mendendangkannya. Pertanyaan ini terjawab beberapa tahun setelah saya melaksanakan reses sebagai anggota DPRD Propinsi Jawa Timur periode 2014-2019. 


Nyai Jakfaroh untuk kesekian kali membawakan Sholat Nahdliyah tersebut. Ternyata, Sholawat Nahdliyah ditulis oleh KH Hasan Abdul Wafi yang tak lain Abah Nyai Jakfaroh sendiri.


Kiai Abdul Wafi, panggilan akrabnya, merupakan dewan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Karanganyar Paiton Probolinggo. Seorang kiai allamah yang melanglang buana dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lain. Macan podium ini bahkan pernah bermukim di kota suci Mekkah. 


Selain pernah mondok di Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan, Pondok Pesantren Al-Khozini Buduran Krian Sidoarjo, Pondok Pesantren Darul Ulum Paterongan Jombang, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Karanganyar Paiton Probolinggo.


Kiai Abdul Wafi lahir di Pamekasan 1923 dan meninggal di Probolinggo 2000. Selama 77 tahun, karya sosialnya terbentang luas di wilayah Jawa dan luar Jawa. Banyak yang mengenal secara dekat, terutama para alumni pesantren dan jamaah dakwahnya. Bahwasannya Kiai Abdul Wafi seorang kiai yang tekun, disiplin, dan gigih dalam perjuangan di NU dan masyarakat luas.


Sholawat Nahdliyah bagian dari warisan adiluhur bagi kaum nahdliyin. Ini merupakan amal jariyah yang melampaui karir organisasi sebagai Rois Syuriah NU Cabang Kraksaan Probolinggo, yang mengalirkan pahala setiap orang membacanya. Jutaan manusia mendengar karya syair yang menjadi back song video ucapan selamat HUT NU ke-95.


Kini, popularitas Sholawat Nahdliyah sudah seviral Sholawat Badar karya Kiai Ali Mansur,  atau lagu ya Ahlal Waton Kiai Wahab Hasbullah, atau syiiran Gus Dur. Ternyata, Kiai Abdul Wafi penyair besar yang mampu menggubah syair nan indah dan menyentuh kalbu. Sholawat Nahdliyah ini berisi:


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

صَلَاةً تُرَغِّبُ وَ تُنَشِّطُ

وَ تُحَمِّسُ بِهَا الجِهَاد لِإِحْيَاءِ

وَ اِعْلَاءِ دِيْنِ الإِسْلَام

وَاِظْهَارِشَعَائِرِهِ عَلَي طَرِيْقَةِ

جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ العُلَمَاءِ

وَعَلَي اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

. اللهُ اللهُ اللهُ اللهُ.

ثَبِّتْ وَانْصُرْ اَهْلَ جَمْعِيَّة

جَمْعِيَّة نَهْضَةِ العُلَمَاءِ

لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللهِ


Artinya:

Ya Allah bersholawatlah dan bersalamlah kepada Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,


Dengan bacaan shalawat yang membuat kami menjadi senang, rajin dan bersemangat dalam berjuang menghidupkan dan meninggikan syiar agama Islam,


Serta menampakkan syiar-syiar Islam menurut cara Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Dan bershalawat dan bersalam pulalah kepada para keluarga nabi dan para sahabatnya.


Allah, Allah, Allah, Allah. Teguhkanlah dan tolonglah seluruh warga Jam’iyyah Nahdlatul Ulama

Untuk meninggikan kalimat Allah (agama Islam beserta seperangkat ajarannya).


Abdul Hamid as-Suhaibani dalam karyanya, Shuwar min Siyar ash-Shahabiyyat, mengungkapkan kekuatan syair Ka'ab Bin Malik dalam Perang Uhud. Sang penyair Madinah ini mendapat 17 luka berat. Syairnya di medan laga membangkitkan semangat juang pasukan muslim melawan pasukan kafir Quraisy yang menguasai pertempuran. 


Pasukan muslim yang semula kocar-kacir bersatu kembali dan akhirnya memukul mundur pasukan musuh, meski jatuh banyak korban. Sampai sahabat Hamzah bin Abdul Muthalib meninggal dan gigi Rasullah SAW pun tanggal.


Kekuatan syair mengalahkan kekuatan syiar. Sebab, syair merupakan produk seni yang langsung bisa menyentuh kalbu insani. Sementara syiar menyentuh akal, dan baru diterima kalbu tatkala akal menerimanya. Syair Sholawat Nahdliyah di atas telah mendapatkan momentum sebagai produk seni adiluhung yang bisa diterima oleh kalbu seluruh kaum nahdliyin.


Bait per bait dalam Sholawat Nadliyah membangkitkan gelora semangat, kebanggaan dan aktivisme warga NU. Sekarang, semua bangkit memperjuangkan NU sebagai thoriqoh dalam menghidupkan agama dan meninggikan kalimat Allah SWT. Sholawat atas Baginda Rasulullah SAW menjadi energi kekuatan untuk mewujudkan keselamatan, solusi atas problem hidup, dan jalan rezeki yang tak diduga.


Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari dalam kitabnya,  Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, mengatakan bahwa tanda dari sekian tanda cinta umat kepada Baginda Rasulullah SAW adalah memperbanyak menyebut namanya dalam syair sholawat di dalam sholat maupun luar sholat.


Sholawat Nahdliyah Kiai Abdul Wafi adalah wujud cintanya kepada Rasulullah SAW, yang berbalas cinta umat kepadanya melalui Sholawat Nahdliyah yang melegenda. Ingat Rasul, ingat Sholawat Nahdliyah, ingat pula sang pengarang,  Kiai Abdul Wafi. Lahul fatihah...


Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute dan Alumni Pondok Pesanstren Miftahul Ulum Suren Jember.

Bagikan:

Komentar