|
Menu Close Menu

Haji Hendy dan Pers Kritis

Selasa, 09 Februari 2021 | 20.47 WIB

 


Oleh: Moch Eksan


Saya sebagai pendukung H Hendy Siswanto bangga atas pernyataannya, "pers jangan biarkan kami, kritik itu baik". Pernyataan ini seolah memenuhi harapan Ahmad Halim, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jember dari Partai Gerindra, agar Haji Hendy dalam memerintah tak anti-kritik. Harapan ini juga mewakili keinginan rakyat Jember terhadap pemerintahan pasca dr Hj Faida MMR. 


Pers sangatlah penting dalam mengawal kesuksesan pemerintahan. Bukan semata sebagai lembaga sosial yang menyebarkan berita tentang capaian kinerja pemerintah, tapi berfungsi sebagai sosial kontrol terhadap pelaksanaan pemerintahan. Eep Saifullah Fatah menyebut pers sebagai kekuatan keempat demokrasi (the fourth estate of democracy).


Haji Hendy-Gus Firjaun sebagai produk dari proses demokrasi, sangat membutuhkan pers sebagai pilar keempat demokrasi. Yaitu pers yang menjalankan sosial kontrol, bertindak sebagai cover both side (mencakup dua sisi) sumber berita yang berbeda, dan menjadi gate keeper (penjaga gerbang) informasi yang baik dan benar. Informasi dan aspirasi antara pemerintah dan masyarakat harus terjalin dalam komunikasi timbal balik, demi pemenuhan hak asasi informasi dan komunikasi serta terbangunnya pers sehat.


Bagir Mannan, Ketua Dewan Pers Nasional periode 2013-2019, menyebutkan ada tiga kreteria pers sehat. Antara lain: pertama, pers yang merdeka dan bebas dari intervensi kuasa politik atau kuasa modal. Kedua, pers yang profesional yang mengelola informasi berdasarkan pada nilai integritas, sains dan tehnologi serta kode etik jurnalistik. Ketiga, pers berpegang teguh pada sifat alamiah sebagai lembaga sosial dan berpihak pada kepentingan publik.


Memang pers sehat jelas keberpihakannya pada kepentingan publik, namun juga harus dapat menjamin keberlangsungan hidupnya sendiri sebagai industri pers yang menguntungkan. Tanpa itu, sulit mewujudkan pers sehat, dan masyarakat sehat pula. Industri pers sekarang sangat terpukul oleh perkembangan media sosial. 


Semua televisi yang jumlahnya mencapai 1024 stasiun, lembaga penyiaran yang lebih dari 3000 radio, koran, majalah dan buku, termasuk 47 ribu media online, terpaksa menggunakan media sosial untuk bertahan dan tak ditinggalkan oleh para penggemarnya. Dunia benar-benar terbalik. Media publik takluk pada media sosial.


Hari ini semua orang bisa menjadi wartawan. Setiap orang bisa mengeshare tulisan, gambar dan video langsung tanpa sensor. Dan setiap orang juga bisa mengakses apa pun konten di media sosial masing-masing. Memang freedom of pers bisa diwujudkan, namun tanggungjawab sosial pers benar-benar diabaikan. Publik disuguhi berita hoax dan ujaran kebenciaan yang mengancam keberlangsungan dan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).


Untuk itu, Haji Hendy-Gus Firjaun dalam mengatur informasi dan komunikasi dan kehumasan Pemkab sudah semestinya melibatkan semua media massa dan media sosial yang ada untuk mempromosikan Jember.  Selaras dengan tema hari pers nasional, 9 Februari 2021, "Bangkit dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi, Pers sebagai Akselerator Perubahan”.


Guna bangkit dari pandemi dan memulihkan ekonomi Jember, mutlak membutuhkan pers sebagai akselerator perubahan. Apalagi, selama 5 tahun terakhir, birokrasi amburadul, anggaran daerah tak ada, dan infrastruktur rusak parah. Pemerintahan baru punya beban masalah yang berlipat ganda. Semua stakeholders, mulai dari jajaran ekselutif, legislatif,  yudikatif, pers, ormas sampai masyarakat sipil harus bahu-membahu untuk mengembalikan Jember sebagai daerah terbesar ketiga di Jawa Timur.


Haji Hendy-Gus Firjaun sangat menyadari bahwa dirinya manusia biasa yang bukan superman. Menurutnya, butuhkan superteam bukan superman untuk menyelesaikan berbagai masalah Jember. Pendapat Andrew Carnegie bisa dijadikan dasar untuk menguatkan pandangan bupat-wakil bupati terpilih hasil Pilkada Serentak 2020 ini. Bahwasannya, tidak ada orang yang ingin menjadi pemimpin besar yang melakukan semuanya sendiri. Orang yang melakukan semuanya sendiri, pasti tidak akan pernah berhasil membangun perusahaan besar, atau organisasi besar atau negara besar.


Salah satu tanda kebesaran Haji Hendy-Gus Firjaun adalah kebesaran hatinya untuk menjadikan pers sebagai mitra kritis dari pemerintahnya. Otomatis, masukan dan kritik akan menjadi bahan  pertimbangan politik kebijakan dan politik anggaran. Ini kesediaan dari seorang pemimpin untuk transparan dan akuntabel sesuai dengan kaedah good governance dalam menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, memberikan pelayanan publik, serta mewujudkan pemberdayaan masyarakat.


Surya Paloh merupakan tokoh pers nasional yang bisa dijadikan contoh. Betapa posisinya selalu berada dalam lingkaran kekuasaan, namun tetap kritis kepada rezim penguasa. Sampai-sampai ia mengorbankan jabatan sebagai anggota DPR/MPR Periode 1987-1992 dan Koran Prioritas miliknya dibredel olah penguasa Orde Baru pada 1986.


Dalam mengelola pers,  ternyata Surya Paloh adalah pengamal dari ajaran Tan Malaka, ia lebih memilih idealisme daripada jabatan parlemen dan usaha pers dalam menghadapi belenggu kebebasan pers dari Orde Baru. Ia yakin: idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda. Dan, idealisme ini tidak bisa ditukar oleh apapun. Selamat hari pers nasional, pers sehat, Indonesia kuat.


Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute.

Bagikan:

Komentar