|
Menu Close Menu

Dari Kaliglagah ke Pendopo Bupati

Rabu, 21 Juli 2021 | 14.24 WIB



Oleh Moch Eksan


Opini-Hairul Ulum, seorang sahabat dari Kaliglagah, Sumberbaru, Jember, meminta saya menyampaikan kondisi Pandemi Covid-19 di desanya kepada Bupati Jember, Ir H Hendy Siswanto. Kondisi di sana sekarang sangat menakutkan. Dalam beberapa minggu ini, banyak orang meninggal dengan gejala yang sama seperti infeksi Virus Corona.


Di Dusun Krajan Kaliglagah, tempat tinggal Bindereh Ulum --panggilan akrabnya, menyebut 6 orang meninggal dengan gejala di atas. Ada (almarhumah) Sari'a, ((almarhum) Tahe, (almarhumamah) Sudar, (almarhum) Bambang dan isterinya, serta (almarhum) Sinur. Di hitung-hitung dalam satu bulan terakhir, sudah 20 orang lebih yang meninggal dunia.


Memang, Bindereh Ulum tak bisa memastikan apa penyebab secara medis dari mereka yang menemui ajal. Sebab, mereka tak menjalani test swab Polymerase Chain Reaction (PCR) dan juga tak menjalani perawatan medis. Mereka takut dikarantina, khawatir merepotkan keluarga dan tetangga, serta memilih merawat dirinya sendiri.


Akhirnya tabir mulai terbuka lebar, beberapa tokoh terkonfirmasi positif. Mereka adalah H Sulton, H Mat Saleh, Rukmini, Murniaji, Yatik, Dia, Puput dan Adel yang merupakan dua anak Sekretaris Desa di sana. Haji Sulton alias Kuswandi, mantan Kepada Dusun Krajan dan sekarang sebagai Kaur Keamanan inilah yang membuat voice untuk disampaikan pada Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Jember.


Dalam voice tersebut, pasien yang sedang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah (RSUD) dr Haryoto Lumajang ini menyatakan:


"Assalamualaikum Pak Abdurrahman!! Padepakagi ke Bupati, Wakil Bupati Jember Pak!! Atau Muspika Sumberbaru. 


Sumberbaru, terotama Glagah kejadian luar biasa. Benyak oreng sedheh pon capok Corona. Toolong dullih atasen. Benyak oreng adek ommor Kaliglagah Pak Haji!! Nikah pon 3 oreng. Benyak tokoh yang sakek. Benyak orengah Pak Hendy, orengah Gus Firjaun.


Nyo'on tolong perhateaki Pak Haji!! Muspika 

otabeh Pemkab Jember. Khususe Satgas Covid Pak Haji!!  Nikah tolong Pak Haji. Terutama Jamintoro ka dejjeh sampek Glagah pasar. Nikah zona hitam luar biasa Pak Haji!!.


Mon tak e atasen, benyak sesobung omor Pak Haji!!. Minta tolong enggi. Panjenengan oreng DPR PPP. Nyo'on tolong padepakagi ke Pak Hendy, Gus Firjaun. Wilayah Barat, Muspika Sumberbaru sorro segera atasen se e pasar Glagah Pak Haji!!.


Mander eparengah omor tan taraten sampeyan kabbi. Ampon Pak Haji!! Skalangkong Assalamualaikum. Guleh Haji Sulton Kuswandi, Glagah pasar, capok Corona jugen. Benyak semateh, benyak sesakek. Nyoon tolong Pak Haji! Skalangkong, Assalamualaikum".


Haji Abdurrahman yang disebut dalam voice H Sulton di atas, adalah Wakil Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Pengurus Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP). Seorang tokoh yang dekat dengan KH Madini Faruq, Ketua DPC PPP Kabupaten Jember. Ia yang dimintai tolong menyampaikan kondisi wilayah Jamintoro-Kaliglagah pada penguasa Pendopo Wahyawibawagraha.


Inti dari voice tersebut sama dengan kesaksian Bindereh Ulum. Kondisi Kaliglagah benar-benar pandemis. Banyak orang yang meninggal dan jatuh sakit dengan sesak nafas. Di antaranya terkonfirmasi positif Corona. Pemerintah diminta hadir mengatasi desa di lereng Gunung Argopuro itu.


Pendukungnya banyak bangga, Bupati Hendy menghibahkan gajinya untuk warga terdampak Covid-19 di sekitar Pendopo dan Kampung Ledok. Simpatisan senang data statistik kasus menunjukkan penurunan walaupun Jember masih zona merah. Pemilih gembira, banyak warga yang sudah menerima bansos di pelosok-pelosok desa Jember.


Namun di balik itu semua, hati miris melihat pembangkangan sosial atas protokol kesehatan di banyak tempat. Banyak yang tak pakai masker. Banyak yang tetap berkurumun. Mereka seakan masa bodoh terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.


Ini kegagalan bangsa. Kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengedukasi warga dalam memutus mata rantai penyebaran Virus Corona. Struktur pemerintahan di tingkat bawah dan tokoh tingkat lokal, tak punya pengetahuan yang cukup menjelaskan Pandemi Covid-19. Padahal, posisi mereka sangat penting dan strategis untuk melakukan contact tracing (penelusuran kontak).


Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15/2021 tentang PPKM Darurat di Wilayah Jawa-Bali, disebutkan bahwa tracing merupakan penelusuran kontak erat terhadap kasus positif baru. Satu kasus, harus mengidentifikasi 15 orang yang punya hubungan erat. Mereka harus masuk tes (entry test). Yang positif langsung dikarantina. Sementara yang negatif, ditunggu 5 hari dan lalu diulang dengan keluar tes (exit test) baru. Jika hasil tes kedua positif, maka dikarantina dan bila tetap negatif, yang bersangkutan bebas bergaul dengan masyarakat umum.


Selain itu, dalam konteks Jember, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi target swab test sebanyak 3.531 per hari. Jumlah ini berdasarkan pada positivity rate mingguan sebelum diberlakukan PPKM Darurat mulai tanggal 3-20 Juli 2021, yang tercantum dalam Instruksi Mendagri di atas.


Bagaimana dengan pelaksanaan testing dan tracing di Jember? Tidak pernah ada rilis akan hal ini di dashboard website Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Jember. Biarlah selanjutnya Satgas yang menjawabnya. 


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute.

Bagikan:

Komentar