|
Menu Close Menu

Pak Yasin dan Kesalahfahaman Vaksinasi

Rabu, 25 Agustus 2021 | 14.39 WIB

Ir. H. Nur Yasin, MBA, MT, Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKB (Pakai Batik) saat silaturrahim dengan H. Hendy Siswanto, Bupati Jember, Jawa Timur (Dok/Istimewa) 


Oleh Moch Eksan


Opini-Seorang sahabat di media sosial, Om Shofa mempertanyakan, apa kontribusi Ir H Nur Yasin, MBA, MT bagi Jember? Pertanyaan ini disampaikan melalui wall Facebook saya.


Pertanyaan warganet semacam ini merupakan bentuk respon kritis terhadap peran dan kiprah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang dinilai kurang hadir di tengah perang melawan Pandemi Covid-19.


Kini pertanyaan tersebut terjawab, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) ini, menggelar vaksinasi bagi 4000 orang. Sebuah jumlah terbesar dari peran serta anggota legislatif dari Daerah Pemilihan Jember-Lumajang, Dapil Jatim IV. Jumlah ini sangat membantu program percepatan vaksinasi di Jember yang masih berada di bawah rerata Jatim.


Per 23 Agustus 2021, program vaksinasi tahap I di Jatim, 8.731.953 (27,43 persen), tahap II, 4.832.799 (15,18 persen), dan tahap III sudah mencapai 81.640 (42,99 persen) untuk tenaga kesehatan. Sementara di Jember, program vaksinasi tahap I 276.626 (13,83 persen), tahap II 145.625 (7,29 persen), dan tahap III 1.501 (21,24 persen) untuk nakes.


Data perbandingan di atas mengkonfirmasi program vaksinasi di Jember masih jauh dari target. Bahkan rankingnya berada di nomor buntut dari 38 kabupaten/kota yang ada di Jatim. Disinilah, urgensi peran serta Pak Yasin sebagai anggota DPR RI, ikut melakukan percepatan vaksinasi di dapil masing-masing.


Sekarang, semua bahu-membahu melakukan percepatan vaksinasi. Pemkab, TNI/Polri, Ormas, Pesantren, lembaga pendidikan dan lain sebagainya membuka gerai vaksin gratis bagi masyarakat. Sayangnya, semangat partisipatoris masyarakat mengambil porsi dalam pembangunan herd immunity (kekebalan masyarakat) tak diiringi dengan ketersediaan dosis vaksin yang cukup.


Memang, ketersediaan vaksin akan teratasi bersamaan dengan kedatangan 62,6 juta dosis vaksin baru ke Indonesia. Namun, program distribusi, pemerataan, vaksinator, dan kesadaran vaksin masyarakat harus diatasi secara simultan. Bila tidak, percepatan program vaksinasi sulit mencapai target.


Pemenuhan target vaksinasi tak semata berhubungan dengan kesehatan masyarakat, tetapi juga pemulihan ekonomi dan normalisasi kehidupan sosial masyarakat. Apalagi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah maupun  kampus, pengajian, ibadah berjamaah, perjalanan, pabrik, perusahaan, pasar dan lain sebagainya, mensyaratkan telah divaksin. Otomatis akan meningkatkan minat bervaksin masyarakat.


Resistensi masyarakat terhadap vaksin karena ketakutan pada jarum suntik dan kemakan hoax tentang kasus efek samping vaksin, serta kecurigaan pemufakatan jahat di balik produksi vaksin dunia. Namun, karena kebutuhan atas Surat Keterangan Sudah Divaksin, mau tidak mau, akhirnya memaksa banyak orang melakukan vaksin.


Banyak orang bertestimoni, bahwa melakukan vaksin tak sehoror cerita di medsos. Saya, dan Rizqina Syawala Fitri (anak saya yang berusia 13 tahun), tak mengalami efek samping apapun. Rasa nyeri waktu disuntik dan selesai divaksin hanya berlangsung sesaat. Tak sampai setengah menit. Seperti digigit semut.


Memang, reaksi vaksin tak sama antara satu orang dengan orang lain. Bergantung pada kondisi tubuh masing-masing. Saya dan Lala tak merasakan gejala demam, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, diare, nyeri di tempat suntik seperti yang dilansir oleh World Health Organization (WHO). Kondisi tubuh sebelum dan sesudah vaksin terasa sama.


Muncul rasa berani dan percaya diri dalam melakukan interaksi sosial lebih banyak dan luas. Perasaan ini yang harus diwaspadai, bisa-bisa melonggarkan protokol kesehatan. Sedangkan, 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas) tetap merupakan kunci dari melandainya kasus infeksi baru dan meninggal dunia pasca pemerintah memperpanjang berulang-ulang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).


Jadi, kehadiran Pak Yasin dalam pelaksanaan sosialisasi dan vaksinasi akan memecah kebekuan gunung es kesalahan-pahaman tentang eksistensi Virus Corona dan kebijakan penanganannya. Di level tokoh akar rumput agama, tidak sedikit yang mengingkari keberadaan virus ini dan menolak vaksinasi.


Mereka para pemuka agama yang terdiri dari para kiai pesantren, guru ngaji, santri, alumni serta masyarakat pesantren yang resisten terhadap kebijakan pemerintah. Ini imbas dari polarisasi politik pro dan kontra China dari pemerintah berkuasa sekarang.


Hasil vaksinasi Bendahara Umum DPP PKB ini, memang secara kuantitatif jauh dari target 1,4 juta. Namun, secara kualitatif 0,28 persen dari target vaksin Jember tersebut sangat berarti bagi inisiasi vaksinasi di kalangan tokoh Nahdlatul Ulama yang merupakan pemangku opini masyarakat.


Di tengah-tengah masyarakat Jember yang mayoritas paternalistik, vaksinasi elite kaum nahdliyyin sangat penting dan strategis untuk meratakan jalan bagi kesuksesan melawan Pandemi Covid-19. Langkah Pak Yasin ini patut diapresiasi, seorang tokoh yang bukan hanya nyaring bersuara di parlemen, tapi bisa berbuat nyata bagi tempat kelahirannya.


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar