|
Menu Close Menu

Saya Perempuan, Saya Muslim, Saya Merdeka

Kamis, 14 Oktober 2021 | 13.10 WIB



Oleh : Yusi Putri Lailatul Musyarofah *)


Lensajatim.id Opini- Saya Perempuan, menurut KBBI perempuan adalah orang yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, melahirkan anak, dan menyusui. Meski merupakan sinonim, kata wanita dan perempuan punya makna berbeda dan bersifat politis serta ideologis. Akademisi Sudarwati dan D. Jupriono dalam artikel jurnal berjudul “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, dan Pragmatik” (1997), menulis bahwa kata wanita mengandung konotasi terhormat sebagai hasil dari proses ameliorasi. Artinya, wanita mengalami perubahan makna yang tampak dari makna kata turunannya, yaitu kewanitaan.


Kata kewanitaan merujuk pada “keputrian” atau “sifat-sifat khas wanita”. Seperti seorang putri di keraton, wanita diharapkan bersikap dan berperilaku yang senantiasa lemah gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, mendukung, mendampingi, dan menyenangkan pria. Lain halnya dengan kata perempuan yang secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, ataupun kepala, hulu, atau yang paling besar. Sudarti dan D. Jupriono juga menulis bahwa dalam tinjauan etimologisnya, kata perempuan bernilai cukup tinggi tidak di bawah, tetapi sejajar.


Saya Muslim, menurut KBBI muslim adalah penganut Agama Islam. Sedangkan kata muslim, berasal dari kata aslama-yuslimu-islam yang berarti menyerahkan diri. Menurut Fadlun Amir dalam bukunya yang berjudul Kapita Selekta Mutiara Islam muslim adalah orang yang memeluk Agama Islam dan orang yang berpegang teguh terhadap Ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda : “Seorang muslim adalah orang yang lisan dan tangannya membuat kaum muslimin yang lain selamat (HR Bukhari).


Saya Merdeka, menurut KBBI merdeka mempunyai tiga arti yakni yang pertama, Bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri. Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan dan tidak terikat. Ketiga, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa. Merdeka itu sendiri memiliki makna yang luas, mulai dari cara berfikir, berbicara hingga bertindak. Merdeka bagi perempuan adalah ketika perempuan sudah mengambil keputusan sendiri, mampu berjuang dan membebaskan diri dari berbagai kekerasan serta bisa berpartisipasi dalam pembangunan. Yang paling penting adalah hati dan fikiran harus merdeka.


Lalu seperti apa sebenarnya Perempuan Muslim yang Merdeka.?


Mengenai kemerdekaan ini, ada yang bilang jika kemerdekaan dan emansipasi yang diinginkan perempuan kadang berlebihan. Beberapa orang masih menganggap jika perempuan saat ini lebih mengedepankan egoisme dan melupakan kodratnya sebagai perempuan. Apakah benar? Lantas bagaimana menjadi perempuan muslim yang merdeka tanpa meninggalkan kodratnya sebagai perempuan?


Menjadi perempuan muslim yang merdeka sebaiknya mampu menyeimbangkan antara hati dan fikiran, agar tidak ada lagi pernyataan tentang perempuan yang hanya mengikuti perasaan saja tanpa mengikuti logika. Karena jika sudah mampu menyeimbangkan hati dan fikiran, ia akan mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya bukan hanya mengetahui dan mengikuti keinginannya saja. Selain itu Perempuan juga harus tahu apa yang menjadi potensi dalam dirinya. Jika sudah mengetahui apa potensinya, kemudian raih dan tekunilah potensi itu sebaik mungkin dengan cara atau strategi yang sudah dirancang dari awal, karena sesuatu yang ditekuni nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan apa yang diinginkan.


Percayalah pada kemampuan yang dirimu punya. Meski begitu, tetaplah jadi perempuan yang tak mengesampingkan pendapat dan nasehat orang lain utamanya keluarga. Jadilah perempuan yang punya pendapat kuat tapi tetap bisa dipertanggungjawabkan. Menjadi diri sendiri seperti yang diinginkan pada dasarnya sangat baik. Tapi harus diingat bahwa perempuan juga punya batasan-batasan tertentu. Jadilah perempuan muslim yang merdeka, setara dengan pria tapi tak mengenyampingkan kodratmu sebagai perempuan muslim. Apa saja kodrat perempuan? Menurut Najwa Shihab, kodrat perempuan itu ada tiga; Menstruasi, Mengandung, dan Menyusui. Tiga hal berikut tidak bisa dipindahtangankan kepada laki-laki. Pekerjaan rumah bukanlah kodrat seorang perempuan. Pekerjaan rumah bisa menjadi tanggung jawab antara suami istri dalam rumah tangga mereka.


Meski dirimu bisa melakukan semuanya sendiri, jangan sampai dirimu melupakan keberadaan kaum pria. Perempuan dan pria memang berbeda, tapi bukan berarti ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya sama-sama harus saling melengkapi demi meraih kebaikan yang lebih mengesankan. Perempuan muslim yang merdeka tetap harus tahu mana yang manfaat dan mana yang mudharat untuknya. Dan yang pasti tetap mampu menjalankan ibadahnya baik secara vertical (Tuhan) maupun horizontal (sesama manusia). Maksudnya adalah perempuan muslim yang merdeka harus mampu berbuat baik secara secara vertical dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah swt dan apa yang dilarang olehNya. Sedangkan secara horizontal adalah bagaimana perempuan muslim itu berbaur dan bekerjasama dengan manusia lainnya, karena sejatinya manusia itu adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhannya sendiri. Selain itu Perempuan muslim yang merdeka harusnya mampu berfikir dengan ragam yang harus terus diasah. Agar bisa keluar dari kejumudan berfikir yang dimiliki banyak orang,dan juga berani berkata yang sesungguhnya untuk menentukan pilihannya sendiri.


(* Yusi Putri Lailatul Musyarofah, Lahir di Situbondo, tanggal 27 Januari 1997. Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo dan juga Institut Agama Islam Negeri Jember dan paling suka diajak diajak ke pantai sambil makan ikan bakar  sembari berbincang hangat tentang isu-isu lokal dan nasional utamanya isu-isu tentang Perempuan. Bisa menghubungi-nya via Telp/Wa 082340188645 dan Instagram di @yusiputrilm. Salam literasi.

Bagikan:

Komentar