|
Menu Close Menu

RR Memantik Diskursus Pilpres Lebih Menarik dan Terbuka

Minggu, 16 Januari 2022 | 18.51 WIB

Dr. Rizal Ramli, Tokoh Nasional. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Surabaya - Tahun  politik semakin dekat, sejumlah politisi pun mulai running untuk menyongsong Pilpres 2024. Sejauh ini kandidat capres masih didominasi dari kubu koalisi pemerintah. Namun ada pula sosok Rizal Ramli yang merupakan representasi kubu oposisi.


Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Dr. Surokim Abdus Salam menilai kehadiran tokoh nasional yang akrab disapa RR itu bermakna positif agar pencalonan menjadi hal biasa dan tidak menjadi hal tak tersentuh dalam diskusi di parpol. Selain juga bisa memantik diskusi positif untuk bisa membuka kotak - kotak pandora dalam pencalonan Presiden RI. 


"Kehadiran RR dalam bursa suksesi nasional memantik diskursus pilpres lebih menarik dan terbuka," tutur Surokim, Ahad (16/1/2022).


Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura ini mengungkapkan, peluang RR sama dengan kandidat oposisi yang lain. Karena itu, Menko Perekonomian di era Presoden Gus Dur itu harus bisa menciptakan momentum - momentum yang lebih tepat, menarik, dan juga narasi perubahan yang lebih progresif. 


Surokim melanjutkan, ikhtiar calon oposisi seperti jalan terjal karena bergantung pada momentum yang ada di pemerintahan Jokowi juga saat ini. Sebab, kian tinggi tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi, maka jalan kian terjal bagi calon - calon oposisi, termasuk Rizal Ramli.


"Momentum memegang peran penting pada pencalonan pilpres 2024. Bila tingkat kepuasan publik rendah pada pemerintah, maka jalan capres oposisi semakin landai dan terbuka. Demikian pula sebaliknya, jalan menjadi terjal bila kepuasan publik pada pemerintah masih tinggi," urai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2021 versi Forkom Jurnalis Nahdliyin tersebut.


Surokim menambahkan, fenomena pencapresan di Indonesia selalu unik dan khas. Peluang berkoalisi selalu cair dan dinamis, kadang sulit menjadi permanen. Bahkan biasanya selalu terbentuk di menit - menit akhir. 


Kondisi ini lah yang membuat konsolidasi kubu oposisi selalu rumit dan selalu menemui kendala serius. Sebab, selalu menunggu posisi koalisi pemerintah tetap solid atau pecah. Sementara koalisi pemerintah yang dimotori PDI Perjuangan selalu menentukan posisi di menit akhir. 


"Saya pikir kubu oposisi tidak boleh terlalu bergantung pada kondisi koalisi pemerintah. Oposisi seharusnya lebih responsif menjemput nasibnya sendiri, dengan membuka komunikasi lebih cair dengan berbagai parpol pengusung. Mereka tidak boleh menunggu dan terjebak kepada permainan menit akhir," pungkas cendekiawan muda NU asal Lamongan ini. (Red).

Bagikan:

Komentar