|
Menu Close Menu

Narasi Batu Dari Wadas

Selasa, 15 Februari 2022 | 15.21 WIB




Oleh : Masmuni Mahatma 


Lensajatim.id, Puisi-Batu-batu kembali dentumkan suara

Dari bilik serpihan tikar tua warga desa

Ketika tak ada lagi daya sepuh kata di ceruk mata

Batu-batu akan sedia nyalakan cinta jelata

Yang terkulum diantara sisa harap dan doa-doa


Wadas, satu dari cerita rakyat yang kurang sedap

Walau angin baru saja berdesir dari dada yang mulai gelap

Liur kelelawar akan selalu terungkap

Bisikan-bisikan batu akan sampai kepada Tuhan

Sebelum tuan pangku rembulan

Di atas ranjang-ranjang kekuasaan


Di luar Wadas, cemara-cemara bernasib sama

Kala akarnya ditimbun limbah udang berbisa

Tuan pemilik keris kian berolahraga

Atasnama tahta dan gaun wanita

Laut tercemar sudah dianggap biasa saja


Wadas dan Dapenda, tak jauh beda

Kecuali soal media yang rela memola

Dari ucap hari-hari batu dan cemara

Keadilan tak usah diidamkan nyata

Ia lipstik seksi di balik ukuran meja


Terik matahari Wadas terasa ganas

Hanguskan wajah dan hati amat trengginas

Kalau aku ditanya tentang Wadas yang meradang

Kan kujawab ibu tak henti banting tulang

Jika diminta jawab izin tambang

Kan kujawab ibu rela tak makan siang

Bukan lantaran tak ada lagi uang

Tapi harmoni bumi dan manusia wajib dipandang


Serak cemara Dapenda kian tersiksa

Perihkan mata dan isi hamparan dada

Kalau aku ditanya tentang tambak udang

Kan kujawab ibu tak butuh dolar terpajang

Alis cemara tempat kita berteduh

Memupuk rindu pada leluhur sebening sungguh


Wadas dan batu, cerita mahar tanpa penghulu

Dapenda dan cemara, kisah rupiah yang memang diburu

O, dimanakah embun bersalin warna

Sumpah leluhur tak boleh kehilangan makna



2022

Bagikan:

Komentar