|
Menu Close Menu

Belajar Politik Identitas Ala Tionghoa

Selasa, 16 Agustus 2022 | 19.38 WIB

 


Oeh Risma Ardianti


Lensajatim.id, Opini- Tionghoa masuk ke Nusantara sudah sejak ribuan tahun yang lalu melalui jalur perniagaan. Terlebih lagi ketika jatuhnya dinasti-dinasti di Cina. Mereka melakukan migrasi ke negeri-negeri tetangga termasuk ke nusantara. Mereka menetap hingga nusantara menjadi negara Indonesia.


Etnik Tionghoa kebanyakan beragama Konghucu. Agama Konghucu diakui Indonesia pada masa pemerintahan Abdul Rahman Wahid melalui keputusan presiden nomor 6 Tahun 2000.


Saat ini jumlah populasi Tionghoa di Indonesia adalah 2-3 persen atau sekitar 1.233.000 jiwa. Jumlah etnik Tionghoa yang tidak banyak  menjadikannya sebagai warga Indonesia minoritas hingga tidak jarang mereka kadang tersubordinatkan.


Di sisi lain, negara Indonesia adalah negara yang menjamin hak kesetaraan atas semua warga negaranya. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak peduli etnik, suku, agamanya. Termasuk mendaftarkan diri sebagai peserta pemilu. 


Sebagai minoritas tentunya etnik Tionghoa memiliki tantangan yang berlipat saat menjadi peserta pemilu. Tetapi etnik Tionghoa ini membuktikan eksistensi dengan terpilih menjadi perwakilan rakyat baik di tingkat daerah hingga tingkat pusat. 


Tentunya mereka memiliki strategi dalam melakukan politik. Tidak terkecuali politik identitas. 


Politik identitas adalah strategi politik yang menunjukkan jati diri seseorang entah karena etnis, suku, agama, dan sebagainya kepada calon pemilih untuk dipengaruhi.


Partisipasi masyarakat Tionghoa dalam politik Indonesia ke depan akan terus muncul. Hal tersebut terjadi jika masyarakat memiliki pemikiran yang rasional. 


Pada umumnya jika politik identitas hanya dimaknai sebagai alat politik mempengaruhi sesama etnis, atau sesama suku, bahkan sesama agama  itu adalah pemaknaan politik identitas secara sempit. Jika hanya dipandang seperti itu, tidak mungkin etnik minoritas bisa terpilih baik dalam pemilu maupun pilkada.


Bagaimana etnik Tionghoa bisa menang dalam pemilu/pilkada? Etnis Tionghoa ternyata banyak melakukan "investasi sosial jangka panjang" yaitu mereka menolong orang lain meskipun bukan dari etnis dan agama yang sama. Etnis Tianghoa mendedikasikan diri dengan tulus dibuktikan dengan tindakan dan perilaku. Secara tidak langsung, mereka melakukan politik identitas dengan memberikan citra positif bahwa etnik Tionghoa adalah etnik yang baik, tidak membeda-bedakan etnis, suku, agama dan ras.


Dari segi penggunaan bahasa, politik identitas yang dilakukan etnik Tionghoa adalah ketika melakukan kampanye di kalangan etnik melayu mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun jika berada di kalangan etnik Tionghoa maka bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Cina. 


Politik identitas yang dilakukan etnik Tionghoa merupan strategi dan taktik dalam politik. Kita bisa belajar bagaimana cara pandang dan berpolitik orang Tionghoa dari minoritas tetapi mampu menunjukkan eksistensinya.


*Penulis adalah Fungsionaris Kohati PB HMI*

Bagikan:

Komentar