|
Menu Close Menu

KA Pandalungan dan Mimpi Jember Nusantara

Jumat, 02 Juni 2023 | 17.11 WIB



Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Saya harus kecewa tak mendapatkan tiket  perdana Kereta Api Pandalungan rute Stasiun Jember-Gambir Jakarta. Untuk memenuhi sebuah agenda, saya terpaksa naik kereta berikutnya dengan transit dua kali. Dari Jember naik KA Blambangan dan stasiun terakhir Semarang Tawang. Dari Semarang naik KA Argo Sindoro dan stasiun akhir Gambir Jakarta.


Padahal, bagi saya 1 Juni 2023 bukan hanya Hari Kelahiran Pancasila, namun hari bersejarah bagi Jember Nusantara. Suatu hari peresmian KA Pandalungan melayani rute perjalanan langsung Jember-Jakarta pulang pergi. Rute ini sekarang merupakan rute perjalanan kereta api terpanjang di Indonesia, 919 km. Setelah KA Krakatau memotong rute sepanjang 965 km dari Blitar-Merak.


Meski kecewa, dalam hati terdalam, saya bangga tiket KA Pandalungan habis ludes terjual. KA yang mengadopsi julukan Kota Jember ini, menjadi alternatif moda transportasi darat yang aman, nyaman, efisien dan tepat waktu. Masyarakat Jember dan sekitarnya dapat menikmati pelayanan kereta api eksekutif dengan tarif 580-700 ribu. Harga dengan nilai keekonomian yang sangat kompetitif dibandingkan dengan moda transportasi udara dan darat lainnya.


Harga di atas jauh lebih murah dari tiket promo pesawat Surabaya-Jakarta yang berkisar antara 618-619 ribu. Plus ongkos transport umum Surabaya-Jember yang berkisar 150-200 ribu. Sementara, waktu tempuh bila dihitung selisihnya hanya 2,5 jam antara naik kereta dengan pesawat.


Memang, naik bus eksekutif Jember Jakarta lebih murah dari KA Pandalungan di atas. Dengan 370 ribu, sudah dapat menikmati perjalanan dengan fasilitas bus eksekutif. Namun, waktu tempuhnya jauh lebih lama, antara 18-20 jam. Sehingga dari segi waktu tempuh selisih 4-6 jam antara kereta dengan bus.


Ala kulli hal, saya lebih mengunggulkan moda transportasi kereta api daripada yang lain. Di atas kereta, saya dapat menikmati perjalanan dengan santai, sambil mengerjakan sesuatu dengan baik. Ini yang tak bisa saya rasakan bila menggunakan moda transportasi lain.


Saya biasa membaca, menulis, wawancara via zoom meeting di atas kereta, tanpa banyak mengalami hambatan dan gangguan. Sehingga, kereta api merupakan pilihan terbaik. Termasuk dengan kendaraan pribadi yang terbaik sekalipun. Kecuali karena kondisi dan opsi moda transportasi terbatas, yang memaksa memilih yang tersedia.


PT KAI telah banyak berbenah diri dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat transportasi nasional. Namun, capaian ini masih jauh dengan perkeretaapian luar negeri. Jarak tempuh 919 dari KA Pandalungan belum ada apa-apanya dibandingkan dengan Moscow ke Pyongyang 10.266 km, The Trans-Siberian Railway 9.289,13 km, Toronto ke Vancouver 4465.9 km, Chicago ke Los Angeles 4.388,7 km, Sydney ke Perth 4.351,6 km, Dibrugarh ke Kanyakumari 4.218 km, dan lain sebagainya.


Rute perjalanan kereta terpanjang tersebut rerata lintas negara. Indonesia sesungguhnya bisa memecah rekor, bila berhasil membangun koneksitas kereta api antar pulau. Antara Jawa dengan Sumatera, antara Jawa dengan Kalimantan, antar Jawa dengan Sulawesi, antara Jawa dengan Bali dan seterusnya.


Antara Jawa dengan Sumatera semisal, jarak tempuh 3.541,7 km. Jarak ini dihitung dari Kota Banyuwangi sampai Kota Banda Aceh. Bila pemerintah bisa membangun jalur kereta api antar kota di penghujung timur Pulau Jawa dan kota di penghujung barat Pulau Sumatera, maka otomatis akan mengalahkan Paris-Moskow Ekspres 3.215 km yang menduduki peringkat ke-7 rute perjalanan terjauh kereta api di dunia.


Contoh di atas adalah mimpi anak negeri yang menginginkan Tanah Air benar-benar terkoneksi, baik laut, darat maupun udara. Pembangunan rute kereta api antar pulau semakin pasti dapat menyatukan Indonesia dalam satu teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga ketimpangan antara daerah bisa dikurangi dan pemerataan antar wilayah bisa tercipta.


KA Pandalungan bukan sekadar sebuah nama, tapi misi Jember Nusantara yang ingin membuka jalan bagi peningkatan mobilitas warga, perluasan koneksitas pembangunan dan pengembangan wilayah Pandalungan. Sejarah telah membuktikan, pembangunan jalur kereta api di Jember pada 1897 telah mendorong Jember menjadi kota satelit baru sebagai episentrum perkembangan daerah di Tapal Kuda. Dan, pembukaan jalur Jember-Jakarta diharapkan hal yang sama, mendorong perkembangan dan kemajuan kabupaten yang didirikan pada 1929 ini.


Di akhir, saya kutipkan lirik lagu Jember Nusantara yang merupakan rangkuman mimpi anak Pandalungan berikut ini:


Duh Ya Lek… 

Tanah Aeng Daun Emas Nusantara


Hijau membentang membentang


Nusantara Biru langit melintang


Indonesia Tanah berdaun emas


Pasir putih bayur menyapa


Tarian pulauku menyambut Hikayat


Sang Pamacah Nyara Longguh Sadejena (Mari Duduk Semuanya)


Aghember Ate Se Bunga (Menggambar hati yang bersenang-senang)



E ya e ya e ya e ……


Surga Turun Lembah di Timur



E Ya e ya e Ya e….


Tanah Leluhur yang Makmur



E ya e ya e ya e….


Surga Turun, Lembah di Timur



E ya e ya e ya e….


Jember Nusantara Hijau membentang membentang


Nusantara Biru langit melintang


Indonesia Duh Gusti Kang Moho Agung


Paringi Pinayungan Berkah Sakjeroning Negeri 

(Wahai Tuhan Sang Maha Agung, Payungi Negeri Kami Dengan Berkah)


Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Ing Gusti Gemah Ripah Loh Jinawi Runduk Padi, Citra Hati".


*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar