|
Menu Close Menu

Surya Paloh Prihatin Pancasila Belum Sepenuhnya Dijunjung di Buminya Sendiri

Selasa, 25 Juni 2024 | 19.02 WIB

 

Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem. (Dok/Istimewa). 

Lensajatim.id, Jakarta- Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyoroti pemilihan umum yang meliputi pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) tidak lagi membutuhkan permusyawaratan. Namun, pemilu saat ini butuh perolehan suara terbanyak.


"Pilih Presiden enggak perlu permusyawaratan, tetapi suara terbanyak. Pilih bupati, gubernur wali kota enggak perlu musyawaratan, yang diperlukan suara terbanyak. Ini catatan penting bagi kita," kata Surya Paloh saat memberikan Orasi Kebangsaan pada Peluncuran buku Pancasila di Rumahku, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/6).  


Surya menyoroti hal itu saat membicarakan esensi dari sila ke empat Pancasila yakni ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’.


"Di gedung permusyawaratan rakyat saya katakan, di mana Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan? Ketika realitanya kita tidak lagi memerlukan permusyawaratan itu, kita memerlukan suara terbanyak untuk mencapai hasil yang kita inginkan," ujar Surya Paloh.


Surya juga menekankan bahwa sistem pemilu saat ini sebagai suatu keniscayaan. Pilihan ini diambil untuk keberlangsungan hidup bangsa ke depan.


"Kalau kita menganggap, inilah suatu keniscayaan yang memang kita harus terima, dan inilah terbaik untuk kelangsungan perjalanan kehidupan kebangsaan kita hari ini maupun ke depan, saya hanya bisa mengatakan, tidak bagi Partai NasDem," tegas Surya


Dia pun menyinggung adanya Pancasila palsu. Salah satunya ketika terlalu mudah mendewakan kekuasaan, kemudian menghina ketika tidak lagi berkuasa.


"Kita terlalu gampang mendewa-dewakan kekuasaan, pemimpin itu sudah berkuasa, paling hebat, paling top, tidak ada salah sama sekali, paling populer. Bahkan, kita terlalu mudah untuk menghinanya kembali ketika sudah tidak berkuasa, inilah model Pancasila palsu sebenarnya," kata dia.


Surya prihatin Pancasila belum sepenuhnya dijunjung di buminya sendiri. Hal ini tercermin dalam sikap inkonsistensi yang kerap ditampilkan.


Menurutnya, banyak yang bebas bicara tanpa melakukan perbuatan yang nyata. Bahkan, ini mengarah pada sebuah kemunafikan.


"Bahkan inkonsistensi sikap kita semakin hari semakin kita biasakan untuk boleh berbicara apa saja, tapi tanpa diikuti dengan perbuatan yang nyata. Perilaku sosial masyarakat Indonesia hari ini yang penuh dengan hipotesis kemunafikan," tegas Surya.(medcom/*)

Bagikan:

Komentar