Lia Istifhama, Anggota DPD RI terpilih saat menjadi narasumber di Kampus Universitas Al-Hikmah Indonesia. (Dok/Lia Istifhama). |
Hal itu disampaikan oleh perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini saat menjadi narasumber dalam acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Al-Hikmah Indonesia Tahun Akademik 2024/2025.
" Pemuda, mahasiswa, ataupun Gen Z bukan hanya memiliki peran sebagai agen perubahan atau agen of change, tapi juga penerus bangsa karena mengemban tugas ‘syubbanul yaum rijalul ghod’. Bahwa mereka yang saat ini pemuda, maka merekalah yang kelak menjadi pemimpin,” ucap Ning Lia, Kamis ( 19/09/2024).
Dalam acara yang dipandu oleh unsur pimpinan Universitas Al Hikmah Moch. Zaenal Azis Muctharom, Ning Lia menambahkan bahwa pemuda harus memiliki mental pemimpin sebagai ujung tombak generasi emas Indonesia. " Nasib bangsa ini, bagaimana damai dan aman tercipta, di tangan mereka jika mampu membawa Demokrasi yang sehat. Maka pemuda harus menjaga integritas diri sebagai aktor Demokrasi kelak,” tandasnya.
Keponakan Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa ini juga menjelaskan soal indikator integritas demokrasi." Sebab untuk mewujudkan integritas Demokrasi, indikatornya adalah brainstorming kita. Sejauh mana kita mampu melihat politik secara holistik, yaitu utuh dan obyektif. Hal ini terbentuk jika kita melihat politik sebagai strategi menjadi pribadi yang progesif, dan melihat politik sebagai SENI/, " paparnya.
“SENI dalam konteks politik adalah ‘Strategy, Equity, Nation, Integrity’. Strategi memandang politik sebagai seni sangat penting karena membangun negara memang membutuhkan strategi. Bagaimana kita kerja kreatif dan inovatif. Jadilah leader, jangan by order atau perintah saja karena kita jangan sampai terjebak mencari aman sebagai anak buah sedangkan kita seharusnya mampu menjadi pemimpin di negeri kita sendiri,” terangnya.
Ning Lia juga memberikan pesan dari Ibnu Khaldun tentang karakter pemimpin yang mengatur institusi pemerintahan (imamah).
“Setidaknya, ada empat karakter pemimpin sebuah negara yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun, yaitu memiliki pengetahuan, kejujuran, kompetensi, dan kebebasan dari cacat, yang dalam hal ini saya maknai tidak cacat hati dan pikiran. Dengan begitu, bagaimana seorang pemimpin sudah selesai dengan urusan pribadinya sehingga mampu menghadiahkan dirinya untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu negara dan rakyat,” tuturnya.
Rangkaian materi menarik yang disampaikannya pun tak lepas dari beberapa quotes, seperti lakukan cara termudah, termurah, tidak perlu menjadi terbaik.
“Kita semua tidak akan mampu meraih kesempurnaan, maka jangan tuntut diri sempurna. Ini namanya toxic positivity, melainkan nyamankan diri dengan mampu mengelola mana resolusi ataupun keinginan diri yang mampu dilakukan saat ini. Ikuti dan jangan pernah paksakan diri atas sesuatu yang di luar kuasa kita,” pungkasnya.
Acara di kampus yang dipimpin oleh Rektor milenial Dr. Laily Hidayati, S.Psi., M.Psi ini juga mengundang Aang Khunaifi, Ketua KPU Provinsi Jawa Timur, tetapi berhalangan hadir. (Had)
Komentar