|
Menu Close Menu

Khofifah Dorong Kampung Produksi Kopyah di Gresik Jadi Desa Devisa, Bisa Tembus Pasar Global

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10.56 WIB

Cagub Jatim, Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke kampung sentra penghasil kopyah di kawasan Kemuteran Kabupaten Gresik. (Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Gresik- Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke kampung sentra penghasil kopyah atau songkok di kawasan Kemuteran Kabupaten Gresik, Selasa (15/10/2024). 


Khofifah mendatangi tiga lokasi rumah yang menjadi sentra produksi kopyah di kampung ini. Mulai proses pembuatan pola kopyah, penjahitan, hingga proses pengemasan kopyah. 


Mantan Menteri Sosial dan juga Menteri Pemberdayaan Perempuan ini berdialog dengan warga kampung kopyah untuk mengetahui perkembangan produksi kopyah di kampung ini, tantangan dan kondisi pemasaran saat ini.


Melihat potensi di kampung sentra produksi kopyah di sini, Khofifah menilai kampung ini layak untuk didorong menjadi desa devisa. 


“Insya Allah desa devisa di Jatim itu terbanyak di Indonesia. Nah kampung ini layak didorong untuk menjadi desa devisa,” tegas Khofifah.


Bukan tanpa alasan, hal ini karena beberapa indikator untuk menjadi desa devisa telah terpenuhi oleh kondisi sentra kampung kopyah di sini. 


Pertama yaitu kampung ini memiliki produk unggulan yang original dihasilkan warga yaitu kopyah. Kedua ada banyak warga di desa ini yang memiliki produksi serupa yaitu kopyah. Indikator tersebut terpenuhi, karena ada banyak warga yang memiliki profesi memproduksi kopyah. 


“Nah syarat yang ketiga adalah ada asosiasi serupa koperasi. Ini yang belum eksis. Di sini ada semacam perkumpulan saja. Tapi kalau bentuknya koperasi itu belum,” ujar Khofifah. 


Tokoh Nahdliyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin itu berkomitmen untuk membantu warga di kampung ini bisa mulai menyiapkan pembentukan koperasi. Khususnya pihaknya akan membantu untuk dilakukan asesmen. 


“Kalau syarat-syaratnya sudah terpenuhi, biasanya tidak butuh waktu lama agar koperasi mulai disiapkan saja maka tim akan hadir, sendiri untuk melakukan asesmen. Biasanya kemudian  Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai inisiator program Desa Devisa akan datang melakukan penilaian apakah disetujui atau tidak,” tegasnya.


Dikatakan Khofifah, jika kampung ini sudah mendapatkan SK sebagai Desa Devisa, maka akan banyak keuntungan yang didapat.


Pertama, kata Khofifah, mereka akan mendapatkan pendampingan untuk peningkatan kualitas produk. Kemudian yang kedua, warga masyarakat akan mendapatkan bantuan permodalan. 


Dan yang ketiga ketika  sudah menjadi desa devisa, mereka juga akan mendapatkan akses market yang lebih luas bahkan untuk menembus pasar ekspor.


“Tadi saya tanya apa sudah ekspor produknya, ternyata sudah masuk Malaysia. Nah ini potensi untuk dikembangkan. Karena banyak negara yang lain yang juga menggunakan kopyah. Misalnya Pakistan, Afrika dan juga negara lain,” tegas Khofifah. 


Pihaknya mendukung sentra produksi kopyah ini untuk terus berkembang. Terlebih di Pemprov Jatim di periode pertama Khofifah telah mengembangkan program OPOP yang sudah menjalin kerjasama dengan Islamic Development  Bank. 


“Kami bertemu dengan pimpinan IsDB, kita bersiap untuk membangun koneksitas pasar dengan negara-negara OKI. Nah itu antara lain pintu masuknya adalah LPEI,” pungkas Khofifah.


Di sisi lain, Rodiyah, salah satu pelaku usaha kopyah di kampung ini, menegaskan bahwa peak season untuk produksi kopyah di sini adalah pada bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri. 


“Kalau bulan puasa dan lebaran itu produksi di kampung ini bisa sampai ribuan kodi. Tapi kalau tidak peak season itu 20-30 kodi saja sudah alhamdulillah,” tegas Rodiyah.


Di sini, warga kampung saling berkomunikasi untuk pemasaran dan pembukaan pemesanan. Siapa yang dapat order besar pasti langsung dibagi dengan warga setempat. Sehingga kekeluargaan dan upaya menjaga kontinuitas produksi selalu dilakukan.


“Jadi kita melayani pembuatan untuk banyak merk, tergantung pemesanan. Dan modelnya juga banyak, ada yang polosan hitam, ada pula yang coklat, berbordir dan lain-lain. Semua bisa sesuai pesanan atau custom,” ujar Rodiyah.


Sedangkan untuk bahan baku, yang masih impor adalah beludru bahan kopyah hitam. Bahan tersebut harus dibeli dari negara gingseng Korea. Selain itu sudah bisa dibeli di dalam negeri.


“Kami berharap ibu Khofifah bisa kembali menjadi Gubernur Jawa Timur dan membantu agar kampung produksi kopyah ini semakin berkembang,” pungkas Rodiyah. (Red) 

Bagikan:

Komentar