![]() |
Lia Istifhama, Anggota DPD RI dalam sebuah rapat. (Dok/Istimewa). |
Ning Lia mengungkapkan bahwa setidaknya ada empat bandara yang disebut publik sebagai bandara nganggu di Indonesia, yaitu Bandara Kertajati Majalengka, Bandara Wiriadinata Tasikmalaya, Bandara JB Soedirman Purbalingga, dan Bandara Ngloram Blora.
Alasan utama tentu yang sangat mudah ditebak, yaitu sepinya peminat untuk memanfaatkan jasa penerbangan pada beberapa bandara yang gencar dibangun beberapa tahun terakhir.
Anggota DPD RI yang dikenal dengan tagline peran cantik sebagai akronim cerdas, inovatif, kreatif itu, menggarisbawahi terkait preferensi konsumen.
“Banyak pihak menyebut bahwa masalah dasar yang dialami bandara adalah kenaikan harga avtur yang meningkat dari 40 persen menjadi 60 persen, lebih tepatnya sekitar di atas US$ 100 per barel. Namun selain hal itu, saya melihat faktor lain yang lebih utama, yaitu preferensi konsumen,” ucap Ning Lia.
Keponakan Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa ini menuturkan, preferensi konsumen adalah sangat utama dalam sebuah perencanaan bisnis atau pertumbuhan ekonomi.
"Deep analysis harus sangat detail utuh mendalam, jangan hanya aspek kuantitatif yaitu akan sekian pertumbuhan ekonomi melalui kepadatan okupansi penumpang, tapi juga aspek kualitatif yang mengukur sejauh mana demand atau permintaan akan mengikuti supply atau ketersediaan rute sehingga mewujudkan keseimbangan pasar?,” tegasnya.
Doktoral Ekonomi Islam itu tidak menampik kemajuan zaman yang menuntut perbaikan pelayanan masyarakat.
“Kalau kita melihat kemajuan jaman, memang salah satu indikator adalah perbaikan pelayanan masyarakat melalui penambahan fasilitas umum maupun moda transportasi yang kian beragam di berbagai wilayah. Namun hal utama disini adalah jangan sampai misalnya, sebuah perusahaan memiliki tujuan besar menaikkan personal branding dengan membangun bandara atau merintis maskapai baru, tapi yang ada justru pemborosan cost di internalnya sendiri,” jelasnya.
Namun, pada prinsipnya, yang namanya pertumbuhan ekonomi kan sifatnya progesif meningkat dari sekian menjadi sekian. Sedangkan strategi bisnis ada yang pasif dan aktif.
Aktif yaitu melakukan tindakan ekonomi produktif untuk menambah pemasukan, sedangkan pasif adalah mengurangi cost yang tidak penting. Maka dari sini, jika menambah sektor usaha sifatnya masih gambling, kenapa tidak ditunda saja?”
Secara tegas, perempuan yang sebelumnya dikenal sebagai aktivis itu, menjabarkan masalah preferensi konsumen dengan rute penerbangan.
" Saya pelajari, ada bandara yang membuka penerbangan di pagi hari sekitar pukul 6 atau 7 pagi saja untuk rute Jakarta. Nah, masalahnya, apakah di wilayah itu banyak pebisnis atau pekerja yang harus berangkat subuh dari rumahnya menuju bandara yang harus melalui perbukitan misalnya? Sedangkan saya kira, masyarakat lokal yang membutuhkan penerbangan itu, tidak terikat waktu yang kaku, yaitu bahwa mereka bisa saja berangkat lebih siang sehingga butuh fleksibel, " papar Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini.
“Maka dari itu, kenapa tidak mencontoh penyedia jasa bus sleeper saja? Mereka membuka rute keberangkatan sesuai preferensi masyarakat yang tepat sasaran, yaitu jam sibuk, antara siang atau sore. Buktinya, mereka laris manis dan lancar beroperasional. Karena secara logika, orang yang sangat butuh berangkat pagi, umumnya di kota besar atau ibukota provinsi, " tandasnya.
Di akhir, ia pun menambahkan pentingnya rute tujuan domestik yang bervariasi sesuai analisa kebutuhan masyarakat sekitar bandara.
“Kadang saya berpikir, bahwa ada bandara tertentu memiliki rute ke tujuan ini dan ini saja, yang mana secara logika sangat jarang kebutuhan masyarakat ke kota tujuan. Maka mengapa tidak disesuaikan tujuan yang umum dibutuhkan calon penumpang saja? Untuk kota-kota lainnya, sifatnya bisa variasi seminggu satu atau dua kali. Dan harus dibedakan rute penerbangan saat weekend dan weekday, " tegasnya.
“Critical poinnya adalah pentingnya preferensi konsumen sebelum mengeluarkan banyak anggaran. Semoga ini menjadi hal yang bisa dicermati secara bijak, terutama pihak swasta yang terlibat dalam pendirian bandara-bandara baru tersebut,” pungkasnya.(Tim).
Komentar