![]() |
Potret Kegiatan Wisuda Universitas Terbuka (UT) Surabaya di Airlangga Convention Center, Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Namun yang paling menarik dari acara ini bukan sekadar jumlah lulusan—melainkan keberagaman latar belakang mereka. Dari ibu rumah tangga, pekerja paruh waktu, hingga penyandang disabilitas, semua mendapat ruang dan hak yang sama untuk menyelesaikan pendidikan tinggi. Bagi UT Surabaya, wisuda adalah perayaan kesetaraan.
Dalam sambutannya, Direktur UT Surabaya, Dr. Suparti, M.Pd, menekankan bahwa momen kelulusan ini menjadi titik awal bagi para lulusan untuk mulai memberikan kontribusi nyata di tengah masyarakat. “Kami percaya bahwa ilmu yang diperoleh tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memberi dampak positif di lingkungan kerja dan sosial,” ujarnya.
Salah satu lulusan yang mencuri perhatian adalah Nabilah Vita Zaviera, penyandang disabilitas tunadaksa yang lulus dari program Ilmu Komunikasi dengan IPK 3,69. Kuliah sambil bekerja di Jakarta bukan perkara mudah, tapi sistem daring UT yang fleksibel berhasil membuatnya menyelesaikan studinya. “UT memberikan akses yang ramah bagi penyandang disabilitas seperti saya. Saya bisa kuliah dari mana saja, tanpa hambatan,” ungkap Nabilah haru.
Kisah seperti Nabilah bukan pengecualian. Lulusan UT datang dari pelosok Jawa Timur dan luar daerah. Banyak dari mereka adalah tulang punggung keluarga yang berkuliah di sela waktu bekerja. UT Surabaya, melalui sistem belajar terbuka dan jarak jauh, telah menjadi ruang belajar yang setara, fleksibel, dan memberdayakan.
Prestasi pun tak kalah membanggakan. Lulusan terbaik dari berbagai fakultas mencatat IPK nyaris sempurna—mulai dari Daut Danariyo (FST, IPK 3,95) hingga Irma Yunita Sari (FHISIP, IPK 3,87). Ini menjadi bukti bahwa kualitas akademik tidak hanya milik mereka yang kuliah secara konvensional.
Serangkaian dengan wisuda, UT Surabaya juga menggelar seminar “Berkarya dan Menginspirasi Dunia” sebagai bagian dari komitmennya membentuk alumni yang tidak hanya berpikir lokal, tetapi juga berkontribusi secara global.
Dari ruang-ruang kecil di pelosok desa hingga panggung internasional, para lulusan UT adalah bukti nyata bahwa pendidikan tinggi bukan lagi hak istimewa, tapi hak setiap warga negara. Dan hari ini, 1.580 di antaranya telah berhasil membuktikannya.
UT Surabaya akan terus menjadi rumah belajar bagi siapa pun yang ingin tumbuh, berubah, dan memberi dampak. Selamat kepada seluruh wisudawan! Dunia menanti karya dan inspirasi kalian. (Lau)
Komentar