|
Menu Close Menu

Anggota DPD RI Ning Lia Soroti Keterlibatan Anak dalam Aksi yang Berujung Rusuh

Rabu, 05 November 2025 | 19.24 WIB

Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Jakarta — Isu keterlibatan anak-anak dalam gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan pada akhir Agustus 2025 terus menjadi perhatian publik. Fakta mengejutkan terungkap dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), bahwa sejumlah anak ternyata dimobilisasi dengan tipu daya ajakan menonton konser musik dan pertandingan sepak bola, namun justru berakhir di tengah massa demonstran yang ricuh.


Menteri PPPA, Arifah Fauzi, mengungkap modus tersebut dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Sinergi Antar Lembaga untuk Terlindunginya Hak-hak Anak yang Berhadapan dengan Hukum” di Jakarta, Selasa (4/11/2025).


“Beberapa anak di Jawa Tengah diajak menggunakan kendaraan dengan alasan mau nonton konser. Tapi ternyata mereka diturunkan di lokasi demo,” ujar Arifah.


Kerusuhan besar yang terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Jawa Timur, meninggalkan luka mendalam. Gedung Negara Grahadi Surabaya, simbol sejarah dan kebanggaan masyarakat Jatim, menjadi salah satu sasaran pembakaran massa pada Sabtu (30/9) malam. Sejumlah gedung bersejarah lainnya turut terdampak akibat aksi anarkistis tersebut.


Publik pun ramai memperbincangkan adanya provokator yang menunggangi aksi untuk memperkeruh situasi. Arifah juga menuturkan temuan serupa di Cirebon, di mana anak-anak dijadikan tameng dalam kerusuhan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.


“Mereka datang hanya untuk menonton. Namun, ada orang tak dikenal yang memprovokasi dan menyuruh mereka menjarah. Salah satu anak bahkan dipaksa membawa kursi besar dari gedung yang terbakar,” ungkapnya.



Sejumlah aktivis digital mengungkap indikasi adanya aktor-aktor provokatif di media sosial. Akun @_gladhys, misalnya, membagikan video yang memperlihatkan sosok misterius berjaket ojek online menyalakan obor di lokasi kejadian. Publik menduga sosok tersebut bukan pengemudi ojol sungguhan.


Aktivis Ferry Irwandi melalui akun Instagram @irwandiferry juga menyoroti beberapa akun X (Twitter) yang diduga menjadi “dalang digital” dalam provokasi massa, di antaranya @Tekarok007, @Heraloebss, @Mas_Veel, dan @Ndrewstjan.


Terkait hal ini, Polda Metro Jaya telah menetapkan Delpedro Marhaen sebagai tersangka kasus penghasutan yang berujung pada tindakan anarkistis.


Menanggapi fenomena ini, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Hj. Lia Istifhama, menilai keterlibatan anak-anak dalam aksi anarkis merupakan gejala krisis keteladanan dan lemahnya pengasuhan sosial, termasuk di lingkungan pendidikan.


Menurut perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, anak-anak yang mudah terprovokasi menunjukkan bahwa sistem pendidikan belum sepenuhnya menguatkan pondasi moral dan karakter kebangsaan.


“Kalau anak-anak mudah diracuni hoaks dan ujaran kebencian, artinya sistem pendidikan kita belum sepenuhnya membangun fondasi moral mereka,” tegas Ning Lia, yang juga dikenal sebagai Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai di Jawa Timur versi ARCI.


Ia menilai langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam merelaksasi beban administrasi guru, dengan pelaporan kinerja hanya dilakukan setahun sekali, merupakan langkah positif untuk mengembalikan fokus pendidik pada pembentukan karakter siswa.


“Guru adalah orang tua kedua bagi anak-anak. Jika mereka lebih banyak mengurus administrasi daripada mendidik moral dan akhlak, maka kita kehilangan fungsi pendidikan yang sejati,” lanjutnya.


Ning Lia menegaskan bahwa keterlibatan anak dalam kerusuhan adalah sinyal darurat sosial yang harus segera dijawab dengan kebijakan pendidikan dan pengasuhan yang lebih manusiawi.


“Mendidik anak bukan hanya soal akademik, tapi menumbuhkan moral, empati, dan rasa cinta damai. Kalau pendidikan gagal membentuk karakter, maka kita sedang mencetak generasi yang mudah dimanfaatkan oleh kepentingan destruktif,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar