![]() |
| Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat dalam acara Parenting Kebangsaan di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda Nganjuk.(Dok/Istimewa). |
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pendidikan, di antaranya Pengasuh Ponpes KH. Roni Sya’roni, Mbah Yai Ahmad Qolyubi, KH. Amir Marwah, Gus Habibi Dinil Haq, Ustadz Fauzi Fatahillah, serta Munawir, Kabid Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Nganjuk, bersama para wali murid.
Dalam forum yang berlangsung hangat, Ning Lia, yang juga keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menekankan pentingnya kolaborasi antara rumah dan sekolah dalam membentuk karakter anak. Menurutnya, pendidikan karakter adalah fondasi utama dalam membangun bangsa yang unggul dan bermartabat.
“Pendidikan karakter tidak hanya mencetak anak yang cerdas, tapi juga tangguh, bertanggung jawab, dan memiliki empati sosial. Inilah pondasi untuk membangun bangsa yang unggul dan bermartabat,” ujar Ning Lia, yang baru-baru ini menerima DetikJatim Awards 2025 di Malang.
Dalam kesempatan tersebut, Ning Lia juga memperkenalkan dua konsep hasil riset akademiknya, yakni SUPEER dan 7C Theory, sebagai formula penguatan karakter dan komunikasi efektif.
Konsep SUPEER mencakup nilai-nilai Sociable (mampu bersosialisasi baik), Unique (beridentitas khas), Problem Solver (kreatif dalam menyelesaikan masalah), Empathy (memahami psikologi sesama), Responsibility (bertanggung jawab), serta Visioner dan Resilient (tangguh menghadapi tantangan).
Sedangkan 7C Theory menekankan tujuh prinsip komunikasi efektif: Clear, Concise, Concrete, Correct, Coherent, Complete, dan Courteous. Ning Lia menegaskan, penguasaan bahasa, termasuk Bahasa Inggris, menjadi bagian penting dalam membangun komunikasi global yang tetap santun dan beretika.
“Anak-anak kita harus siap menjadi generasi dunia yang tetap berakar pada nilai-nilai bangsa. Bahasa itu alat komunikasi, tapi karakterlah yang menentukan arah dan martabat seseorang,” tandasnya.
Menutup kunjungannya, Doktor Ilmu Manajemen Ekonomi Islam (MEI) UINSA tersebut berpesan agar seluruh civitas akademika Miftahul Huda tetap rendah hati di tengah berbagai prestasi yang telah diraih.
“Tetaplah bersahaja dan jangan jumawa. Karya nyata lebih indah daripada banyak gaya,” ujarnya, disambut tepuk tangan meriah.
Suasana acara semakin hangat ketika Ning Lia menutup dengan pantun:
“Buah mangga buah kedondong, siswa-siswi Miftahul Huda super manis. Kelak jadi orang sukses dong!
Buah pepaya buah srikaya, siswa Miftahul Huda tak banyak gaya, tapi banyak karya.”
Ia menegaskan, santri dan siswa Miftahul Huda adalah representasi generasi ideal yang diharapkan mampu membawa kemajuan Indonesia di masa depan.
“Anak-anak Miftahul Huda ini luar biasa. Mereka bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga santun, kreatif, dan berakhlak. Inilah generasi yang kita harapkan membawa kemajuan Indonesia,” tutur Ning Lia, yang juga dinobatkan sebagai Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai versi ARCI 2025.
Sementara itu, KH. Roni Sya’roni, pengasuh Ponpes Miftahul Huda, menjelaskan bahwa lembaga yang menaungi SD Islam Miftahul Huda dan SMP Sains Miftahul Huda itu dikenal sebagai sekolah inovatif dan berprestasi di Kabupaten Nganjuk. Berdiri sejak 2014, sekolah ini menggabungkan metode pembelajaran modern dengan pembiasaan karakter religius berbasis nilai “Rabbani, Shalihun likulli zaman wal makan”, insan saleh untuk setiap zaman dan tempat.
“Kalau semua ikut berperang, siapa yang akan belajar dan meneruskan ilmu fiqih? Maka, belajar juga bagian dari jihad,” ujar KH. Roni mengutip pesan Rasulullah SAW.
Dengan semangat tersebut, Pondok Pesantren Miftahul Huda terus berkomitmen mencetak generasi muda yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing, sejalan dengan pesan moral yang digaungkan Ning Lia Istifhama dalam kunjungan inspiratifnya. (Had)


Komentar