|
Menu Close Menu

Diguyur Hujan Deras, Kota Malang Diterjang Banjir, Warga Dievakuasi

Kamis, 04 Desember 2025 | 21.47 WIB

Tangkap Layar Banjir di Kota Malang.(Dok/Tiktok Akun Sapto) 
Lensajatim.id, Malang— Hujan turun tanpa jeda sejak siang hingga petang, Kamis (5/12/2025). Di balik jendela-jendela rumah yang mulai dikepung air, warga Kota Malang hanya bisa saling bertanya: sampai kapan hujan akan berhenti? Jawabannya datang bersama arus yang semakin naik, banjir tak lagi bisa dihindari.


Di Jalan Kedawung 1, Kecamatan Lowokwaru, air merambat cepat, menelan pelataran rumah, kursi tamu, hingga sepeda motor yang tak sempat diselamatkan. Ketinggian air di kawasan ini mencapai lebih dari 1,5 meter. Di tengah gelap yang mulai turun, suara tangis anak-anak bercampur gemuruh hujan dan teriakan relawan yang datang membawa perahu karet.


“Yang penting hidup dulu, harta bisa dicari lagi,” ucap seorang ibu sambil menggendong anaknya, menahan gemetar saat perahu karet BPBD mendekat ke depan rumahnya.


Banjir tak hanya mengepung permukiman. Sejumlah ruas jalan utama lumpuh total. Jalan Soekarno-Hatta, Kalpataru, Bunga Coklat, Jalan Letjen Sutoyo hingga Ciliwung berubah menjadi aliran air coklat setinggi 80 sentimeter. Banyak pengendara terpaksa menepi, sebagian lainnya pasrah mendorong kendaraannya yang mogok di tengah genangan.


Sementara itu, di Kelurahan Purwantoro, Purwodadi, hingga Blimbing, warga berjibaku menyelamatkan dokumen penting dan barang seadanya. Saat listrik dipadamkan demi mencegah korsleting, suasana makin sunyi, gelap, basah, dan cemas.


Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang, Prayitno, menyebut pihaknya langsung mengerahkan tim tanggap darurat begitu ketinggian air menunjukkan angka berbahaya. “Kami terjunkan perahu karet, terutama di wilayah Purwodadi dan Kedawung. Fokus utama kami adalah evakuasi warga,” ujarnya.


Titik-titik pengungsian darurat pun disiapkan melalui koordinasi dengan RT dan RW. Makanan siap saji didistribusikan, selimut dibagikan, dan warga yang kelelahan mulai beristirahat di tempat yang lebih aman, meski rindu rumah yang malam itu ditinggalkan dalam genangan.


Banjir ini dipicu oleh lonjakan curah hujan yang meningkat hingga 40 persen, dampak dari perubahan iklim yang kian nyata. Saluran drainase tak lagi sanggup menampung debit air yang datang tiba-tiba dan besar.


Menjelang pukul 18.00 WIB, air perlahan mulai surut di beberapa titik. Namun petugas tetap berjaga, khawatir hujan kembali turun dan air kembali naik tanpa permisi.


Malam itu, Kota Malang tidak hanya basah oleh hujan, tetapi juga oleh doa-doa yang dilangitkan dari pengungsian. Warga berharap, esok pagi matahari benar-benar terbit, bukan hanya di langit, tetapi juga di hati mereka yang baru saja diuji oleh air. (Berbagai Sumber) 

Bagikan:

Komentar