![]() |
| Kondisi di lokasi pelaksanaan Proyek P3-TGAI di Desa Mojosari Jember.(Dok/Eko) |
Ketua HIPPA Mojosari, Slamet, mengaku tidak pernah dilibatkan dalam proses pelaksanaan proyek yang saat ini masih berjalan.
"Saya hanya penerima, Mas. Yang melaksanakan itu pelaksana. Ketua HIPPA hanya penerima manfaat,” ujarnya kepada Lensajatim.id, Jumat (12/12/2025).
Slamet menegaskan bahwa dirinya tidak mengetahui tanggal pelaksanaan maupun besaran anggaran proyek tersebut.
"Sampai sekarang belum selesai itu, Mas. Saya tidak tahu karena yang melaksanakan bukan HIPPA. HIPPA hanya penerima manfaat,” tambahnya.
Di lapangan, proyek P3-TGAI di Mojosari disebut masih dikerjakan. Namun, keberadaan proyek itu menimbulkan tanda tanya besar karena tidak ada papan nama yang biasanya memuat informasi anggaran, pelaksana, dan waktu pengerjaan.
Sebagai ketua HIPPA, Slamet menyebut tugasnya hanya menunjukkan titik lokasi yang membutuhkan perbaikan jaringan irigasi.
"Saya hanya menunjukkan mana tempat yang memang harus dikerjakan. Saya kasih titiknya ini, Mas,” terangnya.
Di Desa Mojosari sendiri terdapat dua titik proyek P3-TGAI, salah satunya sudah selesai dikerjakan. Namun Slamet menegaskan kembali bahwa ia tidak pernah dilibatkan dalam seluruh proses, termasuk urusan teknis dan keuangan.
"Saya sebagai ketua HIPPA hanya memantau saja, karena saya tidak pernah dilibatkan,” tuturnya.
Saat wartawan menanyakan soal besaran anggaran, jawabannya tetap sama: ia tidak mengetahui.
"Makanya itu, Mas. Saya tanya ke pelaksana juga tidak tahu katanya. Saya sendiri tidak tahu sebagai ketua HIPPA,” ungkap Slamet kebingungan.
Untuk memperoleh klarifikasi lebih lanjut, wartawan mencoba mengkonfirmasi Kepala Desa setempat. Namun yang bersangkutan tidak berada di kantor desa, sehingga keterangan resmi dari pihak pemerintah desa belum dapat diperoleh.
P3-TGAI merupakan program padat karya yang bertujuan meningkatkan fungsionalitas jaringan irigasi melalui pemberdayaan petani. Program ini menjadi bagian penting dalam mendukung visi Presiden Prabowo menuju Indonesia Emas 2045, terutama dalam hal swasembada dan ketahanan pangan. (Eko)


Komentar