|
Menu Close Menu

Dorong Pemprov Serius Pulihkan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid 19, Berikut Masukan Ansoruna Jatim

Jumat, 05 Juni 2020 | 19.45 WIB

Foto : Musaffa' Safril, Koordinator Ansoruna Business School Jawa Timur

lensajatim id Surabaya-  Pemerintah Provinsi Jawa Timur, memiliki 4 dasar penggunaan anggaran, dari hasil refocusing Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 2.384 Triliun itu penggunannya sebesar Rp. 825,31 miliar untuk kuratif, Rp. 110,7 miliar untuk promotif dan preventif, Rp. 995,04 miliar untuk social safety net, dan sebesar Rp. 454,26 miliar untuk pemulihan ekonomi.

Musaffa' Safril, Koordinator Ansoruna Business School Jawa Timur, mendorong Pemprov Jatim untuk serius dan fokus dalam kinerja pemulihan ekonomi di Jawa Timur, yang menjadi lokomotif perekonomian nasional dengan berkontrisbusi 14,49% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau dalam bahasa Inggris gross domestic product (GDP) Indonesia.

Menurutnya, empat sektor utama pendorong perekonomian di Jawa Timur menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi nasional antara lain:

1. Sektor Pertanian berkontribusi 12,61% Pertanian Nasional.
2. Sektor Industri pengolahan berkontribusi 19,30% Industri Nasional.
3. Sektor Perdagangan berkontribusi 18,39% Perdagangan Nasional.
4. Sektor Konstruksi berkontribusi 12,92%
Konstruksi Nasional.

"Karenanya, Pemprov harus fokus pada sektor-sektor tersebut," tukas Musaffa' Safril saat dikonfirmasi. Jumat (05/06/2020)

Safril, sapaan akrabnya, menyarankan agar restrukturisasi kredit diberikan kepada debitur Bank Jatim dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jatim atau Bank Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdampak Covid-19, terutama dari sisi supply, pelaku-pelaku produksi harus dipastikan tidak terkendala.

"Ketika dari sisi demand sudah ada pemberian BLT (Bantuan Tunai Langsung, Red) dan sejenisya maka sisi supply juga harus diperhatikan, "kan bermasalah ketika bisa beli ayam tapi peternak ayam berhenti beroperasi," terangnya.

Selanjutnya, Ia menyebutkan jika dibangun secara ad hoc kelembagaan lumbung pangan atau dalam konteks manajemen krisis. "Karena ini menjadi solusi, jika ada kendala jalur distribusi pangan dalam rangka ketersediaan pangan harga terjangkau," tambahnya.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Timur ini berharap, dimasa Pandemi Covid-19 ini harus dijadikan momentum serius untuk menggarap One Pesantren One Product (OPOP). "Karena disaat pandemik ini bisnis tidak berorientasi growth tapi survival, artinya daya survival pelaku bisnis murni akan diuji," harapnya.

Mantan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Surabaya ini menjelaskan, bahwa diperlukan pelaku-pelaku socialpreneur yang berkolaborasi dengan santripreneur dan pesantrenpreneur.

Lanjutnya, maka dengan locus dan fokus pada pesantren yang berlokasi daerah pada kantong-kantong kemiskinan. "Perlu diingat selain sebagai lokomotif perekonomian nasional, Jatim berontribusi besar pada angka kemisikinan nasional," jelasnya.

Pria asal Sumenep ini mengatakan, locus dan fokus pesatren harus dipetakan, misalnya, Pesantren yang mempunyai sekolah menengah kejuruan (SMK) yang sudah mempunyai sumber daya tenaga terampil, pesantren yang sudah memiliki koperasi pondok pesantren (Kopontren) sehat, dan lain-lain.(Hady/Lil)

Bagikan:

Komentar